PADANG, HANTARAN.Co — Peringatan Hari Buruh Migran Internasional (HBMI) 2025 di Sumatera Barat kali ini tidak diisi dengan seremoni, melainkan aksi kemanusiaan. Balai Pelayanan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP3MI) Sumatera Barat menggalang dan menyalurkan bantuan bagi korban bencana banjir bandang yang melanda sejumlah wilayah di Sumbar sejak akhir November lalu.
Kepala BP3MI Sumatera Barat, Jupriyadi, mengatakan momentum HBMI tahun ini dimaknai sebagai bentuk kehadiran negara di tengah duka masyarakat, khususnya pekerja migran dan keluarganya yang terdampak bencana.
“HBMI bukan sekadar peringatan simbolik, tetapi pengingat bahwa negara harus hadir dalam setiap fase kehidupan pekerja migran, termasuk saat mereka menghadapi musibah,” ujar Jupriyadi kepada awak media di Kantor BP3MI, Selasa (16/12/25) lalu.
Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, sambung Jupriyadi, HBMI yang diperingati setiap tanggal 18 Desember, tahun ini diisi dengan kegiatan bersama Calon Pekerja Migran Indonesia (CPMI), PMI, dan PMI Purna yang berfokus pada kegiatan sosial mengingat dampak bencana yang menelan ratusan korban jiwa serta merusak pemukiman dan fasilitas umum.
Baca juga : Sekolah Rakyat Kota Padang, Bentuk Kolaborasi Perguruan Tinggi dalam Mendukung Program Presiden
Sebagai langkah awal, ujarnya, BP3MI Sumbar menghimpun donasi dari pegawai dan mitra kerja. Bantuan pertama disalurkan dua hari pasca banjir bandang, tepatnya pada 27 November 2025, berupa paket sembako bagi warga terdampak di Pasar Baru, Kecamatan Pauh, Kota Padang.
Tidak berhenti di situ, sambungnya, BP3MI Sumbar juga melakukan survei kebutuhan ke kawasan Guo. Berdasarkan hasil survei tersebut, pada Sabtu, 13 Desember 2025, BP3MI Sumbar menyalurkan bantuan uang tunai kepada 18 kepala keluarga yang kehilangan tempat tinggal akibat banjir bandang. Masing-masing keluarga menerima bantuan sebesar Rp500.000.
“Kami berharap bantuan ini dapat membantu memenuhi kebutuhan dasar warga di tengah situasi sulit pascabencana,” kata Jupriyadi.
Selain warga umum, katanya, BP3MI Sumbar juga memberikan perhatian khusus kepada pekerja migran purna yang terdampak. Bantuan uang tunai sebesar Rp500.000 diserahkan kepada Itrayoni, PMI Purna asal Lubuak Tampuruang, yang turut menjadi korban banjir galodo.
Jupriyadi menyebutkan, bencana tidak hanya meninggalkan kerugian materiil, tetapi juga duka dan trauma mendalam. Seluruh bantuan yang disalurkan, kata dia, merupakan hasil donasi Keluarga Besar BP3MI Sumatera Barat sebagai wujud empati dan solidaritas.
“Ini adalah bentuk kepedulian kami terhadap masyarakat, terutama pekerja migran dan keluarganya yang terdampak,” ujarnya.
Ia berharap, bantuan yang disalurkan oleh BP3MI Sumatera Barat tersebut dapat meringankan beban korban sekaligus menjadi penyemangat untuk bangkit dan menata kembali kehidupan pascabencana.
Sementara itu, kata Jupriyadi, Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia dijadwalkan menggelar puncak peringatan HBMI pada 18 Desember 2025 di Taman Mini Indonesia Indah. Kegiatan tersebut akan diisi doa bersama enam pemuka agama sebagai bentuk kepedulian terhadap korban bencana di Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan Aceh.
Sebelumnya, kementerian juga telah menyalurkan bantuan melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) berupa makanan, minuman, pakaian, perlengkapan harian, tenda, hingga perahu karet. Bantuan tersebut berasal dari penggalangan dana solidaritas pegawai, mitra, dan para pemangku kepentingan. (h/pat)







