Banner
Sumbar

RTRW Berbasis Risiko Adalah Keharusan

0
×

RTRW Berbasis Risiko Adalah Keharusan

Sebarkan artikel ini
RTRW

Padang, hantaran.Co–Bencana banjir dan tanah longsor hingga galodo yang kembali melanda wilayah Sumatera Barat (Sumbar) bukan sekadar peristiwa alam, melainkan teguran keras terhadap cara negara dan daerah memahami ruang. Hal ini disampaikan Rektor Universitas Mohammad (UM) Natsir Bukittinggi, Wirahadi Afridian Ahmad kepada Haluan, Kamis (18/12/2025) kemarin. Belajar dari bencana yang melanda akhir November kemarin, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Sumbar, menurutnya, harus berhenti diperlakukan sebagai dokumen administratif dan mulai ditempatkan sebagai instrumen utama pengendalian risiko bencana.

Galodo ini alarm keras. RTRW tidak boleh lagi hanya membagi zona di atas peta. RTRW harus berbasis risiko bencana,” ujarnya.

Ia menuturkan, setiap kebijakan pemanfaatan RTRW di Sumbar wajib mempertimbangkan daya dukung lingkungan, daya tampung kawasan, serta tingkat kerentanan bencana, terutama di daerah aliran sungai (DAS), kawasan hulu, lereng curam, dan wilayah rawan banjir bandang.

Ia menegaskan, filosofi “alam takambang jadi guru” semestinya menjadi roh RTRW Sumbar. Galodo, menurutnya, merupakan bentuk “koreksi” alam ketika ruang dipaksakan melampaui kapasitasnya. “Kalau ruang dipaksa melawan logika alam, maka alam akan menegur dengan caranya sendiri,” ucapnya.

Baca Juga : Semen Padang FC Bersih-Bersih Peninggalan Almeida, Ditargetkan 6 Pemain Asing Baru Datang

Selain pembenahan RTRW, ia menilai mitigasi struktural harus dipercepat, terutama di sungai-sungai yang menyusuri kawasan permukiman. Ia mendorong pembangunan sabodam dan cekdam di hulu sungai sebagai sistem peringatan dini sekaligus pengendali banjir bandang.

Ia mencontohkan kawasan Malalo yang telah memiliki dua sabodam. Ketika sedimen dan debit air memenuhi sabodam, warga langsung mengungsi. “Hasilnya jelas, tidak ada korban jiwa maupun luka-luka. Ini bukti bahwa infrastruktur mitigasi bekerja,” katanya.

Di sisi lain, ia melihat Sungai Banda Bakali di Kota Padang relatif lebih aman dibandingkan sungai lain, karena sebagian fungsi pengendalian alirannya masih berjalan.