Anugerah Kebudayaan Sumbar 2020, Pirin Asmara Maestro Rabab Pasisia

tugu rabab

Tugu Babiola berdiri kokoh di pendakian Bukit Putus Painan, Kecamatan IV Jurai. (Okis Mardiansyah)

PAINAN, HALUAN – Pada puncak peringatan hari jadi Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) ke 75 yang dihelat pada Kamis (1/10) kemarin, masyarakat Kabupaten Pesisir Selatan patut berbangga. Sebab, tokoh Rabab daerah setempat Pirin Asmara (alm) menerima Anugerah Kebudayaan tahun 2020 oleh Pemprov Sumbar atas karya-karyanya selama ini.

Kegiatan tersebut, bertempat di gedung DPRD Sumbar bersamaan dengan agenda Rapat Paripurna Istimewa, Jalan Khatib Sulaiman, Kota Padang.

Diketahui, Sumatera Barat adalah provinsi yang mempunyai beragam kesenian tradisional seperti tari, musik, teater, dan sebagainya. Keberagaman seni tersebut, telah banyak dipertontonkan ke seluruh Indonesia, bahkan luar negeri sekalipun.

Masing- masing kesenian memiliki ciri khas sendiri di daerahnya. Seperti dari Aceh adalah kesenian Seudati atau Ratuh, dari Bengkulu adalah Tabot, dari Betawi adalah Tanjidor, dari Kalimantan Barat adalah Tandak, dari Minangkabau adalah Talempong, Rabana, Gandang, Sarunai, Rabab Pasisia, dan lain sebagainya.

Sementara, Rabab merupakan suatu kesenian berbentuk bakaba (bercerita) sekaligus diiringi dengan suara alat musik yang disebut biola. Rabab Pasisia merupakan salah satu kesenian tradisional yang dikenal sejak zaman dulunya di Kabupaten Pesisir Selatan.

Walaupun kemajuan teknologi dewasa ini kerap mempengaruhi budaya, tradisi, serta kesenian global. Namun, Rabab Pasisia tidak pernah terlupakan di kehidupan masyarakat hingga saat ini. Hal ini bisa dilihat pada sejumlah pertunjukan yang dihelat oleh masyarakat Pesisir Selatan.

“Hingga kini generasi se usia kami masih sering mendengar biola Rabab Pasisia ini. Bahkan, masyarakat Pessel banyak yang masih ingat kaba (cerita) yang pernah disampaikan oleh sang maestro Pirin Asmara tersebut,” ujar Rinaldi Kabag Humas dan Protokoler Setdakab Pessel pada Haluan, Minggu (4/10).

Menurutnya, Kabupaten Pesisir Selatan banyak masyarakatnya yang pandai memainkan Biola (Tukang Rabab) dengan alur cerita masing-masing. Mereka berdomisili tersebar hampir di setiap kecamatan dari Siguntur hingga Lunang Silaut.

“Berdasarkan data yang kami peroleh, hingga kini sejumlah Tukang Rabab masih bekerja dari panggung ke panggung pada acara perhelatan. Seperti, Pirin Ketek, Sibar, Pirin Jambak, Pirin Bana, Simas, dan Ujang Ketek. Selain itu, juga sudah ada yang memasuki dapur rekaman, seperti Syamsudin, Siril Asmara, Hasan Basri, Herman, Nurana, Erni Kampai, dan Pirin Asmara,” katanya.

Namun, diantara sejumlah tokoh Rabab Pasisia tersebut, Pirin Asmara bisa dikatakan lebih menonjol dibandingkan yang lainnya. Sebab, dilihat dari karya-karyanyanya selalu mendapat apresiasi dari kalangan masyarakat, seperti cerita Sutan Palembang pada 1980 yang terus menjadi legenda hingga saat ini.

“Pirin Asmara selain merupakan guru Rabab, Pemkab Pessel juga menjadikannya sebagai duta. Sebab, gesekan Biola yang dimainkannya tidak hanya di Sumatera Barat atau rantaunsaja, namun sudah sampai ke luar negeri,” tuturnya.

Selain Kaba Sutan Palembang, Pirin Asmara diketahui juga punya banyak cerita lainnya, seperti Sabai Nan Aluih, Kaba Paruntuangan, Pajalanan dan Pacaraian, Kaba Merantau ke Malaysia, Kaba Abidin dan Bainar, Kaba Puti Gondoriah, Kaba Busama, Sikambang Mudiak Surantiah, Sikumbang Data, Sikumbang Lagan Aia Aji, Sikumbang Aia Tajun, Tabang Sabalah atau Jarek Lokan, Ratok Sikambang, Raun Sabalik dan Kaba Gadih Basanai yang beredar pada 1992.

Selain karya yang dituangkan dalam bentuk kaset, Pirin Asmara juga pernah mendapat penghargaan juara I pada Festival Rabab Bernafaskan P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila) Tingkat Kabupaten Pesisir Selatan oleh Bp-7 (Badan Pembina Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) Sumatera Barat pada 1990. Keahlian yang dimiliki Pirin Asmara dalam memainkan Rabab Pasisia menjadikannya sebagai ketua HIRPES (Himpunan Rabab Pesisir Selatan) pada masa tersebut.

Sebelum ia meninggal, karya Pirin Asmara yang terakhir adalah Kaba Sabai Nan Aluih pada 1998 yang masih beredar ditengah-tengah masyarakat.

“Ya, untuk kategori maestro Anugerah Kebudayaan tahun 2020 selain diberikan kepada Almarhum Pirin Asmara, juga diberikan kepada Syahrul Tarun Yusuf dan Gusmiati Suid,” tuturnya.

(Okis Mardiansyah/Hantaran.co)

Exit mobile version