Kunjungan itu meninggalkan kesan yang sangat mendalam. Derianti tampak berbicara singkat, ia beberapa kali menyeka matanya. Kata-katanya ringan, tetapi sarat perasaan.
“Terima kasih banyak Ibu Lisda yang sudah datang membantu kami dan membangun rumah kami. Ini sangat berarti bagi keluarga kami,” ucapnya dengan suara bergetar.
Rumah yang sebelumnya renta kini mulai punya masa depan. Kayu-kayu rapuh akan diganti, dan genting baru akan merekatkan kembali kepercayaan diri seorang ibu yang selama ini hanya bisa berharap. Tak hanya papan dan paku yang berubah, tetapi hidup yang perlahan akan tertata dengan rapi.
Di Pesisir Selatan, Derianti bukan satu-satunya warga yang layak mendapatkan bantuan rumah. Masih banyak keluarga yang menghabiskan malam dengan rasa cemas, takut dinding roboh, takut atap runtuh, takut hujan membawa petaka. Namun langkah kecil ini, menjadi awal untuk semua. Satu rumah, satu keluarga, dan satu harapan.
Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan menegaskan bahwa program sosial semacam ini harus hidup terus, bukan berhenti pada satu kunjungan atau satu penerima manfaat saja. Sebab, rumah tidak hanya tempat berlindung dari angin dan hujan. Ia adalah ruang di mana doa-doa dikirimkan, masa depan dibayangkan, dan kebahagiaan keluarga dirajut dengan sederhana.
Di tengah keterbatasan, senyum Derianti menjadi simbol kemenangan kecil atas lelah, atas keterpinggiran, dan atas kenyataan hidup yang tak selalu ramah. Dan dari rumah yang akan berdiri lebih kokoh itu, ia kembali belajar percaya bahwa masa depan masih pantas diperjuangkan. (h/kis)






