Berita

Badut-Badut Kebencanaan

0
×

Badut-Badut Kebencanaan

Sebarkan artikel ini
badut

Siapa yang tidak kenal badut? Rasanya tidak ada yang tidak tahu dengan pelawak atau penghibur yang menampilkan aksi komedi fisik, sering kali dengan memakai riasan tebal dan pakaian aneh. Biasanya mukanya diberi bedak putih tebal, mata seperti dicalak agar terlihat kerling, bibir bergincu sampai proporsi lebarnya melebihi mulut orang biasa dan tidak lupa hidungnya yang berukuran besar bulat berwarna merah (memakai prostetik tentunya).

Selain harus jago menghibur dengan tingkah lakunya, badut juga bisa menggunakan trik sulap, kejutan slapstick atau hal konyol lainnya untuk tujuan tersebut. Tidak heran jika di beberapa negara bahkan dibuka sekolah khusus untuk orang-orang yang ingin menyeriusi badut sebagai profesi hidupnya. Bahkan juga ada istilah “coulrophobia” khusus untuk orang-orang yang takut berlebihan terhadap badut, mungkin karena riasannya yang tidak biasa tersebut.

Di lain pihak, terkhusus belakangan ini, bumi Sumatera tengah dilanda nestapa yang tidak terkira. Akibat angin siklon Sinyar yang seminggu lalu menunjukkan kekuatannya, wilayah Aceh, Sumatera Utara, sampai Sumatera Barat dilanda cuaca yang tidak biasa. Hujan yang menyertai angin kencang tersebut menyebabkan peningkatan volume aliran air dari kawasan hulu untuk kemudian berubah menjadi banjir yang rasanya belum pernah dirasakan sedahsyat ini dalam beberapa dekade ke belakang.

Kekuatan banjir bandang yang datang dengan tiba-tiba dengan membawa muatan lumpur, batu dan kayu-kayu meluluhlantakkan apa saja yang dilewatinya. Tidak ada struktur buatan manusia yang dalam jalur alirnya air bah tersebut yang utuh: rumah, bendungan, jembatan sampai ke jalan.

Apalagi manusia yang tidak sempat menyelamatkan diri ke tempat aman, mengingat di banyak tempat sebelumnya dikenal sebagai kawasan “bebas” banjir. Tidak heran, korban harta dan jiwa sampai saat ini masih belum bisa benar-benar dibulatkan perhitungannya. Yang jelas, sangat masif dan pastinya menimbulkan dampak psikis yang tentunya lebih susah untuk dikejawantahkan besarannya.

Nah, dalam situasi seperti itulah, kita dihadapkan dengan kemunculan “badut-badut” di dalam situasi berduka akibat bencana. Bukannya menghibur, tapi tindakan dan ucapan konyol dari para “badut” ini sukses menambah kepiluan yang dirasakan.