Berita

Badut-Badut Kebencanaan

2
×

Badut-Badut Kebencanaan

Sebarkan artikel ini
badut

Belum lagi jika kita melihat sedikit ke belakang, tidak kurang banyaknya tokoh dan orang berpangkat yang tidak sungkan mengutuki mereka yang peduli dengan kondisi lingkungan sebagai “wahabi lingkungan”. Hanya karena berbenturan dengan kepentingan kelompoknya yang kebetulan mendapat konsesi tambang, sehingga menggunakan dalil agama untuk memuluskan hal tersebut.

Tentunya tidak lupa jargon bahwa “sawit juga pohon berdaun, sehingga tidak mengapa menggantikan hutan alami” yang karena diucapkan orang berpengaruh, menjadi semacam penguat pelaku sawit nasional untuk terus ekspansi kawasan sawitnya yang sudah ribuan hektare jumlahnya.

Personal atau tindakan mirip badut seperti yang dicontohkan di atas adalah hal terakhir yang kita perlukan dalam kondisi seperti sekarang. Kesantunan nan tulus, terutama dari mereka yang memiliki pengaruh di negeri ini, adalah yang sangat diperlukan agar selaras dalam memulai proses penyembuhan luka akibat bencana. Kalau masih berketerusan aksi-aksi membadut tersebut, mungkin semakin benarlah kalau kita memang kekurangan pejabat yang benar-benar “pelayan” rakyatnya.

Oleh:

Muhammad Nazri Janra

Dosen Departemen Biologi Fakultas MIPA Unand