Padang, hantaran.Co— Jumlah korban meninggal akibat bencana galodo, banjir bandang, dan longsor yang menerjang berbagai wilayah Sumatera Barat kembali menunjukkan peningkatan signifikan.
Berdasarkan laporan terbaru Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda Sumbar per Senin (8/12/2025) pukul 08.00 WIB, bencana ekologis itu kini tercatat telah menelan 234 korban jiwa
Kasubiddokpol Biddokkes Polda Sumbar, dr. Eka Purnama Sari mengungkapkan, hingga pagi ini tim masih bekerja tanpa henti untuk melakukan identifikasi.
” Dari total korban meninggal, 204 jenazah berhasil dikenali, sementara 30 jenazah lainnya belum teridentifikasi, terdiri dari 14 laki-laki, 12 perempuan, serta empat potongan tubuh yang ditemukan terpisah di lokasi bencana,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima Haluan Senin (8/12/2025).
Data DVI Polda Sumbar menyatakan, di Kota Padang, seluruh lima jenazah yang masuk ke Posko DVI Polresta dan RSUD Rasidin telah berhasil diidentifikasi. Sementara di RS Bhayangkara Padang, 62 korban tercatat masuk, dengan 38 di antaranya berhasil dikenal. Sebanyak 24 jenazah sisanya masih belum teridentifikasi.
Kabupaten Agam menjadi daerah dengan korban terbanyak, yakni 133 orang. Tim DVI telah mengidentifikasi 127 jenazah, sementara enam lainnya masih belum diketahui identitasnya. Seluruh korban di Pasaman Barat, Bukittinggi, dan Padang Panjang telah berhasil diidentifikasi. Tidak ada korban meninggal yang ditangani di Posko DVI Solok Kota.
Selain korban meninggal, sebanyak 95 warga masih dinyatakan hilang dan terus dalam pencarian tim SAR gabungan. Cuaca buruk, jalur terputus, dan kondisi medan yang ekstrem membuat proses pencarian berlangsung penuh risiko.
Hingga kini terdapat 20 korban luka-luka yang masih menjalani perawatan di berbagai rumah sakit. RSUD Agam merawat 17 korban, RSUD Padang Panjang satu korban, dan RSUD Rasidin Padang dua korban.
dr. Eka menyebut proses identifikasi semakin menantang karena sebagian besar korban ditemukan dalam kondisi rusak parah. “Kami bekerja siang malam. Dukungan keluarga melalui data antemortem sangat membantu mempercepat proses identifikasi,” ujarnya.
Dengan jumlah korban yang terus bertambah dan ratusan warga masih hilang, pemerintah daerah menyebut bencana ini sebagai salah satu yang paling mematikan dalam sejarah Sumatera Barat.
Sejumlah titik terdampak pun masih belum dapat dijangkau sepenuhnya, sehingga jumlah korban diperkirakan dapat kembali bertambah dalam beberapa hari ke depan.






