Keduanya sepakat bahwa nilai kebutuhan pemulihan mencapai lebih dari Rp68 triliun. “Untuk Sumbar saja, tidak mungkin diatasi hanya dengan Rp4 triliun,” kata Irman yang langsung diamini Mahyeldi.
Dukungan juga datang dari LKAAM Sumbar. Ketua LKAAM, Prof. Fauzi Bahar, menyatakan pihaknya sejalan dengan upaya Irman memperjuangkan status bencana nasional, yang ia sampaikan saat mendampingi Irman meninjau lokasi terdampak di Ikur Koto, Koto Tangah, Kota Padang.
Sebelumnya, Ketua MUI Sumbar Buya Gusrizal Gazahar, Guru Besar Ekonomi Unand Syafruddin Karimi dan mantan Rektor Unes Otong Rosadi serta sejumlah anggota DPR RI asal Sumbar sudah menyuarakan pentingnya segera menetapkan status bencana nasional atas bencana di tiga provinsi di Sumatera ini.
“Pemerintah harus bergerak cepat. Penetapan status bencana nasional bukan pilihan, tetapi keharusan. Dengan status ini, mobilisasi sumber daya bisa cepat, pemulihan ekonomi bisa dilakukan secara sistematis. Tanpa itu, bencana hari ini bukan hanya menciptakan penderitaan, tapi bisa menghancurkan masa depan dan mengganggu stabilitas nasional,” ujar Syafruddin Karimi.
Data Kerugian Bencana
Data per Minggu, 7 Desember 2025 pukul 09.00 WIB menunjukkan bahwa bencana yang disebut pemerintah sebagai yang “terluas dalam satu dekade terakhir” telah menimbulkan kerusakan masif pada masyarakat, infrastruktur vital, dan sektor ekonomi produktif di Sumatera Barat. Skala dampak yang menjalar hampir ke seluruh wilayah membuat pemerintah daerah terus memperbarui laporan setiap hari untuk memastikan penanganan berlangsung tepat sasaran.
Sekretaris Daerah Provinsi Sumbar, Arry Yuswandi, menyampaikan bahwa 16 kabupaten/kota dan 50 kecamatan tercatat terdampak langsung. Total kerugian sementara ditaksir mencapai Rp1,76 triliun, berdasarkan laporan resmi dari pemerintah kabupaten/kota yang telah diverifikasi instansi teknis. “Cakupannya masih sementara dan akan diperbarui setiap hari,” ujar Arry di Padang.
Dari sisi kemanusiaan, bencana ini telah menyentuh hampir seperempat juta warga. Sebanyak 247.402 jiwa tercatat terdampak, dengan 228 orang meninggal dunia, 98 hilang, 112 luka-luka, serta 20.604 warga terpaksa tinggal di tenda pengungsian. Arry menyebut angka korban ini sebagai salah satu yang tertinggi dalam beberapa tahun terakhir, terutama di wilayah yang dilanda banjir bandang dan longsor. “Setiap korban adalah kehilangan besar. Kita memohon kekuatan bagi keluarga dan seluruh masyarakat Sumbar,” ucapnya.






