Banner
Berita

“Tolong Bantu Amak”, Seruan Senyap Mak Yusmaniar dari Puing-Puing Reruntuhan Bayang Utara

5
×

“Tolong Bantu Amak”, Seruan Senyap Mak Yusmaniar dari Puing-Puing Reruntuhan Bayang Utara

Sebarkan artikel ini
Amak
Tolong Bantu Amak, Seruan Senyap Mak Yusmaniar dari Puing-Puing Reruntuhan Bayang Utara. ist

PESISIR SELATAN, HANTARAN.Co — Di antara puing-puing rumah yang tak lagi berbentuk, seorang perempuan tua berdiri mematung. Tubuhnya yang renta tampak lelah, dan mata tuanya menatap kosong ke arah tanah yang dulu menjadi halaman tempat keluarga berkumpul. Kini, yang tersisa hanya tembok yang roboh, seng kusut, dan lumpur mengering seperti bekas luka yang belum sempat tersentuh.

“Ndak bisa ditampati, adoh bana bantuan rumah dima ka Amak tagakkan,” ujarnya dengan logat bahasa daerah setempat. Tiap kata terdengar seperti beban panjang yang harus ia keluarkan perlahan-lahan.

Perempuan itu adalah Mak Yusmaniar, 79 tahun, warga Kampung Ngalau Gadang, Kenagarian Limau Gadang Pancung Taba, Kecamatan Bayang Utara, Kabupaten Pesisir Selatan. Longsor yang melanda kampungnya dua pekan lalu, merobohkan rumah yang telah puluhan tahun ia huni, rumah yang menjadi tempat ia membesarkan anak-anaknya, merawat cucunya, dan menyimpan kenangan tentang suami yang kini hanya tinggal nama.

“Suami amak alah indak ado. Kini amak tingga di masjid samo cucu. Tolonglah nak, supayo bisa dibuek rumah dan pindah dari lokasi iko,” tuturnya dengan suara bergetar.

Baca juga : Huntara Dibutuhkan 113 KK di Salareh Aia

Sejak Kamis pekan lalu, Mak Yusmaniar tinggal di sebuah masjid dekat kampungnya. Tikar tipis menjadi alas tidur, sarung lusuh menjadi selimut, dan doa menjadi satu-satunya pelipur di malam-malam yang dingin.

Ia tidak sendiri. Dua cucunya yang masih kecil ikut tidur di sampingnya. Yang paling besar baru berusia tiga tahun. Ia tak mungkin menumpang di rumah tetangga, bukan karena tidak ada kebaikan, tetapi karena cucu-cucunya masih terlalu kecil, butuh ruang dan kenyamanan.

Ketika malam tiba, masjid yang biasanya sepi selepas isya berubah menjadi tempat harapan. Di sanalah tangis kecil cucunya ditenangkan, dan di sanalah Mak Yusmaniar membisikkan doa agar esok menghadirkan sedikit terang.

Bencana longsor yang menerjang Ngalau Gadang menghabiskan 10 unit rumah, dan belasan lainnya kini rapuh, menunggu waktu untuk menyusul. Retakan tanah semakin lebar, tebing penuh guratan, dan suara aliran air dari hulu berubah menjadi sesuatu yang menakutkan.