Banner
Opini

Musibah

10
×

Musibah

Sebarkan artikel ini

Dalam hal ini, banyak sekali bentuk bantuan yang bisa diberikan, seperti tenaga medis, air bersih, alat berat, dum truck, dan banyak lagi yang lain. Patutkah, di saat negara lain menawarkan bantuan, daerah dalam satu provinsi saja berpangku tangan dan hanya duduk menonton video bencana di sebelah rumahnya?

Setelah badai berlalu, Sumatera Barat, selayaknya memikirkan langkah-langkah strategis untuk menjaga lingkungan. Tak selayaknya berpikir, dima tumbuah, di sinan disiang. Tapi amalkanlah pepatah, maintai sabalun luluih, maminteh sabalum anyuik.

Kajian yang  dilakukan ahli klimatologi dan perubahan iklim dari BRiN, Erma Yushartin, mengungkapkan, bahwa ada tiga faktor penyebab bencana yang baru lalu. Pertama cuaca extrem, kedua lemahnya mitigasi bencana, dan ketiga degradasi hutan.

Spon alami yang selama ini berada di hutan, kini hilang 60 persen. Bila dibiarkan, maka bencana serupa akan bersifat pengulangan berkala, pengulangan korban nyawa, pengulangan kerugian harta benda.

Apalagi, masih menurut analisa yang bersangkutan, sebagian wilayah bencana tidak layak lagi untuk dihuni, dan harus  direlokasi.

Morfologi sungai sudah berubah dan hutan makin gundul juga. Kebiasaan kita yang hanya ribut, sibuk, dan kasak-kusuk saat bencana datang, lalu melupakan, mungkin perlu diubah.

Sibuklah,  urus dan bekerja dengan sistem dan tindakan yang disiplin untuk mencegah agar bencana tak terulang. Hijaukan kembali hutan kita, tangkap dan cegah penebangan liar, dan berkomitmen bahwa tak seorangpun lagi oknum aparat yang bermain mata dengan pelaku perambah hutan.

Saya ingin mengetuk hati, renungkanlah.., akibat ulah perambah hutan dan oknum yang tak menjalankan fungsinya sebagai aparat, bahkan ikut bermain mata, ratusan nyawa melayang dan triliunan harta benda hilang. 

Kerakusan, dosa, pengkhianatan, atau apalah itu namanya. Saatnya berfikir ulang. (*)

Oleh: Gamawan Fauzi (Mantan Gubernur Sumbar)