Padangpariaman, hantaran.Co— Bencana banjir bandang dan galodo yang meluluhlantakkan Sumatra Barat pada akhir November lalu menyisakan cerita pilu bagi satu keluarga di Asam Pulau, Nagari Anduriang, Kecamatan 2×11 Kayutanam.
Seorang anak kini berada dalam duka mendalam setelah ibu dan adiknya hilang tanpa jejak sejak hari kejadian. Di tengah kerusakan rumah dan trauma yang belum pulih, keluarga ini masih menggenggam harapan tipis bahwa kedua orang tersayang itu dapat ditemukan, meski bayang-bayang kemungkinan terburuk semakin menguat dari hari ke hari.
Nofri Yolanda, anak sulung korban, bersama ayahnya, Syafril, menuturkan kembali detik-detik yang mengguncang keluarga mereka. Pada Kamis, 27 November 2025, hari ketika bencana besar itu terjadi, keduanya masih sempat berkomunikasi dengan Resmaini dan adiknya sebelum akhirnya hubungan terputus. Dari penuturan mereka, segala peristiwa yang menyusul setelah itu menjadi rangkaian kehilangan yang belum mampu mereka pahami hingga kini.
Baca Juga : Puskesmas Lubuk Buaya Pastikan Kesehatan Warga Rusus
Resmaini, seorang ibu rumah tangga yang sehari-hari berdagang di Bukittinggi, meminta izin pulang kepada suaminya setelah mendapat kabar bahwa rumahnya di Asam Pulau telah dipenuhi lumpur akibat banjir sehari sebelumnya.
Niatnya sederhana namun penuh kegelisahan, membersihkan rumah yang rusak dan memastikan kondisi anaknya yang tinggal di kampung. Keinginan untuk segera kembali membuatnya bersikeras pulang meski situasi cuaca dan kondisi jalan saat itu tidak mendukung
Meski telah diperingatkan suaminya agar menunda perjalanan karena cuaca buruk dan kerusakan parah di jalur Lembah Anai, Resmaini tetap bersikeras pulang ke kampung. Pada pukul 10.16 WIB, sang suami kembali mencoba meyakinkannya lewat telepon, namun keputusan Resmaini tak berubah.







