Ia menegaskan, pembiaran terhadap aktivitas ilegal tersebut bukan sekadar persoalan administrasi, melainkan ancaman langsung terhadap keselamatan masyarakat. Firman mengingatkan bahwa Sumatera Barat memiliki karakter geografis dan topografis yang sangat rentan.
“Sumbar ini wilayah sensitif. Sungai kita sempit, lereng kita curam, hutan kita berfungsi sebagai penyangga kehidupan. Sekali dirusak, dampaknya langsung kita rasakan. Tidak perlu menunggu puluhan tahun,” katanya.
Firman menilai, jumlah pelaku bisnis ilegal di sektor kehutanan dan pertambangan saat ini telah berkembang menjadi ancaman serius yang terorganisir. Karena itu, ia menegaskan perlunya keberanian luar biasa dari seorang figur Minangkabau yang siap menghadapi risiko politik dan tekanan ekonomi.
“Kita butuh figur Minang yang berani. Berani menghentikan para pemain besar, meski itu tidak populer. Kalau tidak ada keberanian seperti ini, jangan heran kalau bencana akan terus berulang,” tegasnya.
Sebagai langkah pemulihan jangka panjang, Firman menyatakan dukungan penuh terhadap penguatan program Baliak Nagari dan Paga Nagari. Menurutnya, nagari harus dikembalikan pada fungsi historisnya sebagai benteng ekologis dan sosial. “Saya mendukung Baliak Nagari dan Paga Nagari. Nagari adalah penjaga ekosistem yang sesungguhnya. Mereka hidup berdampingan langsung dengan hutan dan sungai. Ini PR besar Sumatra Barat ke depan,” ujarnya.
Ia menekankan bahwa penguatan kelembagaan nagari bukan sekadar romantisme adat, melainkan kebutuhan strategis untuk keberlanjutan lingkungan. Tanpa nagari yang kuat, pengawasan di tingkat tapak akan selalu lemah. “Kalau nagari kuat, ekosistem terjaga. Tapi kalau nagari dilemahkan, kita hanya akan mengulang siklus bencana yang sama, dari tahun ke tahun,” pungkasnya.
Doktor Firman Hidayat mengingatkan bahwa pemulihan Sumatera Barat pascabencana tidak cukup dengan anggaran, status, atau tim ad hoc semata. Pemulihan menuntut keberanian politik, penegakan hukum tanpa pandang bulu, serta pengembalian peran nagari sebagai garda terdepan penjaga alam. Tanpa itu, bencana hari ini hanya akan menjadi catatan sementara sebelum tragedi berikutnya datang kembali. Apa Buya Mahyeldi Ansharullah dan Wakilnya Vasko yang rajin tampil di sosmed itu berani bertindak?.





