Banner
Opini

Kesadaran Ekoteologis Cegah Kehancuran Bumi Sebelum Waktunya

0
×

Kesadaran Ekoteologis Cegah Kehancuran Bumi Sebelum Waktunya

Sebarkan artikel ini
Bumi

“Alam tidak boleh dikeruk terus menerus karena alam akan melakukan perlawanan dengan melahirkan bencana,” demikian pesan singkat yang ditulis di atas selembar kertas oleh ekonom senior dan tokoh lingkungan hidup, Prof. Dr. Emil Salim dalam acara PP Aisyiyah, September 2021.

Setelah bencana banjir dan tanah longsor di Sumatera, dalam sebuah dialog Garuda TV beberapa waktu lalu, mantan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup itu mengutarakan bahwa pola pembangunan berkelanjutan harus menjalankan analisis dampak lingkungan sebagai basis pembangunan Tanah Air.

Emil Salim mengingatkan, pembangunan harus memperhitungkan daya dukung alam daerah karena kita tidak hanya membangun pabrik dan perkebunan, tetapi haruslah memikirkan dampaknya bagi rakyat. Jangan sampai dampak negatifnya lebih besar daripada dampak positif.  

Baca Juga : TelkomGroup Pastikan Tetap Andal Saat Nataru, 13.700 Personel Siaga

Bencana di Sumatera

Dalam minggu keempat November 2025 publik dikejutkan dengan banjir dan tanah longsor yang melanda sebagian wilayah di tiga provinsi pulau Sumatera, yaitu Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Daerah terdampak bencana meliputi 52 kabupaten/kota di Pulau Sumatera.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat korban bencana di Sumatera per 15 Desember 2025 telah mencapai angka 1.016 jiwa meninggal dunia, 212 warga belum ditemukan, dan 7.600 orang mengalami luka-luka. Selain itu, sekitar 158.000 rumah mengalami kerusakan dan ribuan warga mengungsi.

Saat kami datang ke Aceh bersama kunjungan kerja Komisi VIII DPR RI, pejabat  pemerintah provinsi dan kota Banda Aceh mengatakan bencana ini lebih luas dampaknya daripada tsunami Aceh 2004. Daerah terdampak bencana sebanyak 18 kabupaten dari total 23 kabupaten/kota di Aceh.

Tsunami dari laut hanya berlangsung beberapa jam, akan tetapi bencana banjir bandang dampaknya lebih lama dan banyak akses jalan yang terputus. Skala kerusakan dan penderitaan masyarakat terdampak bencana di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat luar biasa setelah dilihat secara langsung.