Banner
Berita

Yuno Delwizar Baswir Bantu Korban Bencana di Sumbar, Jual Lukisan dan Kumpulkan Donasi di Amerika Rp62 Juta

2
×

Yuno Delwizar Baswir Bantu Korban Bencana di Sumbar, Jual Lukisan dan Kumpulkan Donasi di Amerika Rp62 Juta

Sebarkan artikel ini
Delwizar

Namun berkat tabah dan sabar, tahun 1985 ia bisa menabung lalu melanjutkan kuliahnya yang terbengkalai di Jurusan Seni Rupa Universitas Maryland. Berkat sebagian  nilainya di ASRI Yogyakarta bisa ditransfer ke kampus baru, dua tahun kemudian ia meraih gelar Bachelor of Fine Arts (Sarjana Muda Seni Rupa). Karena lulus dengan nilai baik,  dosennya menyarankan ia meneruskan studi master dengan bebas uang kuliah. Selain itu, ia juga diangkat jadi asisten dosen dan diberi ruang studio untuk melukis.

Semasa kuliah, Yuno Delwizar Baswir aktif bergaul dengan mahasiswa Indonesia yang tergabung dalam Persatuan Mahasiswa Indonesia-Amerika Serikat (Permias). Sebagaimana lazimnya anak Minang merantau, Yuno yang pemegang sabuk biru karate ini juga pintar bersilat dan mengaji, serta pandai menyanyi. Bersama beberapa orang mahasiswa, di antaranya Budi Satria Isman yang kuliah di American University, mereka membentuk Grup Band KBRI, dan sering mengisi kegiatan di KBRI Washington DC dan Wisma Indonesia. Yuno menjadi vokalis utama, sedangkan Budi sebagai pemain bass.

Karena suaranya bagus dan juga pandai mengaji, Yuno Delwizar Baswir tidak hanya menyanyi, tapi kemudian didaulat sebagai muazin di masjid KBRI setiap hari Jumat. Bahkan lama-lama ia pun sering pula diminta menjadi khatib untuk berkhotbah.

Tamat kuliah S2 dan meraih gelar Master of Fine Arts (M.F.A.) dari Universitas Maryland (1989), Yuno Delwizar Baswir bekerja di Phillips Museum, galeri lukisan tertua di Washington D.C. Di sinilah ia bertemu dengan Kim, gadis Amerika yang sudah lebih dulu bekerja di sana. Mereka saling menyukai, lalu sepakat menikah. Sampai kini, Kim menjadi pendamping setia Yuno.

Selain bekerja full time di Phillips Museum, sejak 1997 Yuno juga nyambi bekerja sebagai pembalas surat dan pembaca komentar di radio Voice of America (VoA). Tahun 2004, ia ditawari bekerja penuh waktu sebagai pembaca berita utama di seksi Bahasa Indonesia VoA. Tawaran itu ia terima. Sejak itu, jadilah Yuno sebagai penerjemah sekaligus pembaca berita bahasa Indonesia di radio milik pemerintah Amerika Serikat itu.

Tahun 2015 Yuno mengundurkan diri dari VoA untuk selanjutnya mencurahkan sepenuh waktunya sebagai seniman lukis. Sebagai penganut aliran ekspresionisme abstrak, ia tercatat sebagai member di  Studio Gallery di Washington D.C. Galeri ini beranggotakan 45 seniman lukis yang rata-rata berkebangsaan Amerika. Sejak 2017, diwadahi oleh studio tersebut, Yuno melaksanakan pameran rata-rata lima kali dalam setahun, sendiri atau berkolaborasi dengan pelukis lainnya.