Banner
Opini

Strategi Menghadapi Ancaman Multi-Bencana

0
×

Strategi Menghadapi Ancaman Multi-Bencana

Sebarkan artikel ini
Bencana

Oleh karena itu, sudah waktunya kita mendorong pemerintah pusat untuk mendirikan Lembaga Riset Kebencanaan Nasional yang berpusat di Sumatera Barat. Usulan ini bukan sekadar pembentukan lembaga administratif, namun harus menjadi sebuah komitmen strategis bangsa untuk membangun ketangguhan berbasis ilmu. Sebagai lembaga berstatus nasional, akan memiliki legitimasi, otoritas, dan sumber daya untuk mengintegrasikan seluruh pemangku kepentingan mulai dari peneliti geosains, klimatologi, dan rekayasa, hingga pakar kesehatan masyarakat, ekonomi, dan sosial-budaya.

Pendirian Lembaga Riset Kebencanaan Nasional (National Institute for Disaster Research/NIDR) harus disiapkan melalui peta jalan yang jelas, dimulai dari konsolidasi pusat-pusat riset kebencanaan yang telah ada di perguruan tinggi dan lembaga teknis dalam satu kerangka kolaborasi nasional dengan Sumatera Barat sebagai wilayah percontohan sekaligus laboratorium alam.

Tahap berikutnya adalah penguatan infrastruktur sains dan data melalui integrasi sistem peringatan dini, pusat data kebencanaan, serta pemanfaatan kecerdasan buatan dan sensor real-time agar riset langsung menjadi dasar pengambilan keputusan. Selanjutnya, dilembagakan secara nasional dengan mandat lintas sektor untuk menjembatani ilmu pengetahuan, kebijakan, dan kebutuhan masyarakat hingga tingkat nagari dan dikembangkan sebagai pusat keunggulan kebencanaan yang hasil riset dan teknologinya dapat direplikasi ke seluruh Indonesia dan kawasan regional.

Pendanaan untuk pusat riset kebencanaan nasional ini dapat bersumber dari APBN, APBD, atau sumber pendanaan sah lainnya, termasuk dari perusahaan-perusahaan yang operasionalnya bergantung pada pengelolaan risiko bencana, sehingga menciptakan model kolaborasi yang berkelanjutan. Lembaga ini akan menjadi jembatan konvergen yang menghubungkan data real-time dari BMKG dan PVMBG, kebijakan operasional BNPB, dengan pengetahuan lokal (local wisdom) dan kebutuhan spesifik masyarakat di tingkat nagari.

Penempatannya di Sumatera Barat adalah hal yang sangat strategis. Di sinilah teori bertemu dengan realitas lapangan paling kritis. Penelitian dan pengembangan teknologi peringatan dini terintegrasi, pemodelan multi-hazard, rekayasa konstruksi tahan gempa-longsor, dan strategi adaptasi komunitas dapat diuji dan disempurnakan langsung dalam “laboratorium alam”. Output-nya tidak hanya akan menyelamatkan nyawa dan aset di Sumatera Barat, tetapi juga menjadi model dan pusat keunggulan (center of excellence) untuk seluruh Indonesia serta negara-negara kepulauan yang menghadapi tantangan serupa.

Mari kita transformasikan narasi dominan kita dari awalnya berupa narasi reaktif dan pasrah menjadi narasi proaktif dan tangguh. Bencana alam mungkin merupakan fenomena geologis dan klimatologis yang tak terelakkan, namun dampaknya dapat dan harus dikurangi (disaster risk reduction).