BUKITTINGGI, hantaran.co — Sebanyak 20 orang klien Balai Pemasyarakatan (Bapas) Kelas II Bukittinggi mengikuti pelatihan kemandirian Barista. Acara yang digelar di Kantor Bapas Bukittinggi dibuka secara resmi oleh Kepala Bapas Bukittinggi dengan menghadirkan narasumber Alfa Bros Entrepreneur, Rabu (17/2/2021).
Kepala Bapas Bukittinggi, Elfiandi, mengatakan, pelatihan Barista yang dilakukan itu merupakan salah satu cara untuk mengantisipasi agar mantan warga binaan tidak melakukan kembali tindak pidana setelah mendapatkan Pembebasan Bebas (PB) stay program asimilasi.
“Setelah mengikuti pelatihan kemandirian Barista (orang yang menyajikan minuman kopi, red). Kita harapkan klien kita ini dapat hidup layak di tengah masyarakat dan menghasilkan secara finansial,” kata Elfiandi.
Ia menjelaskan, peserta yang mengikuti pelatihan itu adalah klien yang belum mendapat pekerjaan. Setelah menjalani masa hukuman di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas).
“Setelah klien mendapatkan PB dan asimilasi. Mereka membuat surat pernyataan bersedia mengikuti bimbingan yang dilakukan Bapas Bukittinggi,” ucapnya.
Sementara itu, Pimpinan Alfa Bros Entrepreneur, Fauzan Alawi, mengatakan, pelatihan Barista yang diberikan itu mulai dari pengolahan kopi hingga menyajikan minuman kopi sehingga layak untuk dijual. “Pelatihan ini akan dilaksanakan selama 10 hari. Mulai dari pengolahan, penyajian hingga penjualan,” tuturnya.
Menurutnya, bisnis minuman kopi ini sangat menjanjikan jika dikelola dengan baik. Kopi yang dihasilkan para Barista berbeda dengan rasa kopi yang disajikan di lapau lapau.
“Kopi kita ini berbeda dengan kopi di lapau lapau. Kita menyajikan kopi sama dengan standar kafe yang telah terkenal. Namun, kita tidak memerlukan investasi yang besar tapi mempunyai rasa yang sama dengan kafe lain,” tuturnya.
Salah seorang klien Bapas Bukittinggi, Hadi Busri menyambut baik pelatihan Barista yang diberikan Bapas Bukittinggi. Sebab, biasanya setelah mantan Warga Binaan (WB) keluar dari Lapas. Mereka umumnya tidak mempunyai pekerjaan untuk menyambung hidup. “Saya tertarik ikut pelatihan Baresta. Karena kopi yang dihasilkan berbeda dengan kopi yang ada di lapau lapau,” kata Hari Busti mengaku mendapat PB tahun 2020 lalu. (*)
Yusril/hantaran.co
Komentar