Beberapa Faktor Lain yang Ikut Mempengaruhi Kekalahan Para Legislator di Pilkada Serentak 2020

Pilkada

Pengamat Politik dari UIN Imam Bonjol Padang, Muhammad Taufik. IST

PADANG, hantaran.co — Pengamat Politik UIN Imam Bonjol, Muhammad Taufik, menilai, faktor psikologis pemilih dan juga siapa kompetitor yang dihadapi ikut mempengaruhi kemenangan dan kekalahan para legislator pada Pilkada di Sumbar. Selain itu yang tak boleh dilupakan, adalah faktor pergerakan mesin politik.

“Saya melihat faktor penyebab ini tidak bisa digeneralisir. Sebab, kultur pemilih dan arena pertarungan setiap daerah berbeda. Seperti Golkar yang untuk sementara ini mengantarkan Ketua DPD-nya Khairunas unggul di Solok Selatan. Tapi sisi lain, sekretaris dan bendaharanya gagal di Kabupaten Solok dan Pasaman Barat,” kata Taufik.

Selain itu, lanjut Taufik, kemenangan juga amat dipengaruhi kemampuan finansial setiap calon. Belum lagi sokongan dari para tokoh masyarakat atau mantan pejabat di daerah itu kepada pasangan tertentu, juga menghadirkan kemenangan, sekaligus kekalahan di pihak lawan.

Senada dengan Asrinaldi, Taufik menilai kekalahan Yosrizal di Dharmasraya disebabkan oleh kuatnya figuritas petahana Sutan Riska. Sementara itu untuk Andri Warman di Agam, tidak terlepas dari pengaruh Irwan Fikri, yang pada Pilkada sebelumnya hanya tertinggal sedikit dari Indra Catri.

“Itu artinya, investasi politik mereka di Agam sudah kuat. Andri punya modal popularitas, sementara Irwan Fikri punya basis massa yang solid. Di Dharmasraya saya pikir memang sulit mengalahkan petahana yang memiliki citra positif,” katanya.

Sementara itu kegagalan Hamdanus di Pesisir Selatan yang mendampingi petahana Hendrajoni, dinilai Taufik hampir serupa dengan keadaan di Pilkada Bukittinggi. Di mana, petahana tampak terlalu percaya diri akan memenangkan pertarungan.

“Saat terlanjur PD, maka lawan akan memanfaatkan momen. Serta jadi motivasi bagi tim sukses kompetitor untuk terus bergerak selama kampanye. Sama seperti kejadian Mulyadi yang dari awal digadang-gadang menang di Pilgub. Namun karena terlalu terpaku, lupa bahwa yang di atas kertas itu berbeda dengan kondisi riil di akar rumput,” katanya lagi. Sementara itu untuk dua legislator di Pasaman yang menang atas kotak kosong, dinilai Taufik sebagai hal yang paling mudah ditebak sejak jauh-jauh hari. “Benny Utama dan Sabar AS nyaris tidak bertarung sama sekali,” katanya. (*)

Riga/hantaran.co

Exit mobile version