BI Prediksi Laju PE Sumbar Membaik

Aktivitas warga di Pasar Bandar Buat, Kecamatan Lubuk Kilangan, Kota Padang, Sabtu (19/9/2020). BI memprediksi pertumbuhan ekonomi Sumbar akan membaik pada kuartal III 2020, karena didorong kebijakan pelonggaran pembatasan kegiatan, yang kemudian memacu peningkatan permintaan pasar. JULI ISHAQ

PADANG, hantaran.co — Bank Indonesia Perwakilan Sumbar memprediksi laju pertumbuhan ekonomi (PE) Sumbar akan membaik pada kuartal III 2020. Sebelumnya, laju PE Sumatra Barat pada kuartal II mengalami kontraksi atau minus 4,91 persen, di mana penurunan terjadi di hampir seluruh lapangan usaha akibat wabah pandemi Covid-19.

Kepala Perwakilan BI Sumbar, Wahyu Purnama A, mengatakan, dibandingkan kuartal II, maka pertumbuhan di kuartal III sedikit membaik meski masih mengalami kontraksi. “Kami melihat ada perbaikan di kuartal ketiga meski masih terjadi kontraksi. Perbaikan ini didorong kebijakan pelonggaran pembatasan kegiatan yang mendorong permintaan,” kata Wahyu, Senin (21/9/2020).

Menurut Wahyu, kebijakan adaptasi kebiasaan baru yang diterapkan pemerintah ikut mendorong meningkatnya konsumsi rumah tangga dan investasi. Selain itu, dari sisi lapangan usaha, laju pertumbuhan ekonomi Sumbar di kuartal III bakal didorong perbaikan sektor lapangan usaha transportasi dan pergudangan, perdagangan dan eceran, serta lapangan usaha industri pengolahan.

Wahyu mengatakan pelonggaran kebijakan pembatasan kegiatan dan mobilitas masyarakat diperkirakan akan mendongkrak kinerja lapangan usaha transportasi dan pergudangan yang di kuartal II mengalami penurunan signifikan.

Begitu juga dengan sektor perdagangan dan eceran kembali bergairah menyusul permintaan masyarakat yang perlahan kembali membaik. “Juga perbaikan harga komoditas utama CPO dan karet di pasar dunia akan turun mendorong perbaikan kinerja lapangan usaha industri pengolahan,” ujarnya.

Dari sisi pengeluaran, sambung Wahyu, konsumsi rumah tangga diperkirakan juga akan membaik. Termasuk dengan adanya program seperti Program Keluarga Harapan (PKH) dan penyaluran Bantuan Lansung Tunai (BLT) yang disalurkan pemerintah pusat dan daerah, dan ikut menjaga daya beli masyarakat.

Selain itu, Wahyu menilai prediksi itu ikut dipengaruhi mulai membaiknya investasi, belanja pemerintah, dan kinerja ekspor menyusul mulai pulihnya harga komoditas unggulan Sumbar yakni minyak sawit atau cruid palm oil (CPO) dan karet di pasar global.

Merangkak Naik

Sebelumnya, Laju pertumbuhan ekonomi Sumatra Barat di kuartal II mengalami kontraksi atau minus 4,91 persen. Penurunan terjadi di hampir seluruh lapangan usaha akibat wabah pandemi Covid-19.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumbar Pitono mengatakan setelah pada kuartal pertama masih mencatatkan pertumbuhan 3,92 persen, pada kuartal II ekonomi Sumbar justru berbalik tumbuh negatif menjadi minus 4,91 persen.

“Tidak hanya Sumbar, wabah Covid-19 dampaknya dirasakan di seluruh Indonesia, bahkan dunia. Secara nasional (ekonomi) kontraksinya 5,32 persen,” kata Pitono.

Menurutnya, Sumbar masih cukup baik karena lebih cepat menerapkan PSBB, sehingga sektor usaha yang mengalami penurunan memang yang terkait langsung dengan PSBB, yakni perdagangan, transportasi, dan akomodasi. Harapannya, dengan mulai terkendalinya penyebaran Covid-19, maka pemulihan ekonomi di sektor usaha tersebut bisa berjalan lebih cepat.

Dari sisi produksi, Pitono merinci lapangan usaha sektor penyediaan akomodasi seperti hotel dan restoran mengalami penurunan paling besar yakni 33,24 persen, kemudian sektor transportasi dan pergudangan turun 29,37 persen, dan sektor pengadaan listrik dan gas turun 8,33 persen.

Disusul kemudian sektor pengadaan air turun 6,20 persen, jasa perusahaan turun 5,67 persen, kontruksi turun 5,21 persen, pertambangan dan penggalian turun 4,50 persen, administrasi pemerintahan turun 3,88 persen, dan perdagangan turun 3,32 persen.

Selain itu, ekonomi Sumbar masih tertolong dengan tumbuhnya sektor informasi dan telekomunikasi yang tumbuh 11,52 persen, jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 4,21 persen, jasa pendidikan 2,23 persen, real estate 2,13 persen, dan sektor pertanian 0,55 persen.

Sedangkan dari sisi konsumsi, seluruh sektor mengalami penurunan. Mulai dari konsumsi rumah tangga turun 4,02 persen, investasi atau PMTB turun 4,36 persen, konsumsi pemerintah 10,84 persen, ekspor 16,27 persen, konsumsi lembaga nonprofit yang melayani rumah tangga (LNPRT) turun 6,42 persen, dan impor turun 64 persen.

Ishaq/Winda/hantaran.co

Exit mobile version