Bupati Pesisir Selatan Hendrajoni Kukuhkan Himpunan Seniman Babiola Sumbar

Bupati Hendrajoni didampingi sejumlah pejabat terkait, saat menandatangani prasasti Tugu Babiola tepatnya di simpang tiga Bukit Putus Painan, Kecamatan IV Jurai, Senin (21/9/2020). OKIS

PAINAN, hantaran.co — Agar kekayaan seni budaya yang dimiliki oleh masyarakat Pesisir Selatan tidak hilang ditelan zaman, khususnya kesenian ‘Babiola’, maka kepedulian masyarakat lokal dalam menggiatkan kembali seni biola sangat diharapkan.

Salah satu upaya pemerintah untuk menjadikan kesenian biola tetap bertahan dan lestari, maka Bupati Pesisir Selatan, Hendrajoni, mengukuhkan pengurus Himpunan Seniman Babiola  Sumbar (HSBS) periode 2020-2025, bertempat di GOR Ilyas Yakub Painan, Senin (21/9/2020).

Pengukuhan tersebut, ditandai dengan penanda tanganan prasasti Tugu Babiola, yang turut dihadiri ketua LKAAM Pesisir Selatan, Syafrizal Ucok, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Suhendri, Kepala Balai Pelestarian Budaya Sumbar, Suherman, Camat IV Jurai, Mirza, Walinagari, dan para seniman biola se-Kabupaten Pesisir Selatan.

Pada kesempatan itu, Bupati Hendrajoni mengatakan, seni babiola merupakan salah satu warisan dunia yang dimiliki oleh Kabupaten Pesisir Selatan untuk tetap dipertahankan.

“Sebagai anak nagari, kita patut berbangga karena sejarah telah membuktikan bahwa warisan dunia ada di Pesisir Selatan. Pesan ini selalu saya sampaikan agar generasi muda tidak mudah melupakan budaya Babiola dan darimana asalnya,” ujarnya.

Menurutnya, kesenian babiola asal usulnya berasal dari Alam Surambi Sungai Pagu. Kesenian babiola ini, mengalami puncak kejayaan ketika Banda Sapuluah masih dikuasai oleh Ninik Mamak dan Penghulu.

“Sedangkan para raja yang berkuasa, berpedoman pula kepada para Ninik Mamak dan Penghulu dalam mengambil sebuah keputusan. Makanya masyarakat di daerah ini hidup rukun dan damai pada masa lalu,” tuturnya.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pessel, Suhendri, mengatakan, semua seni budaya yang dimiliki oleh Kabupaten Pesisir Selatan jangan sampai dicaplok oleh daerah lain.

“Dengan mengenali sejarah, maka daerah lain tidak bisa mencaplok kesenian dan budaya yang dimiliki oleh daerah ini. Dari itu semua seni budaya yang ada harus bisa dipertahankan, dan juga dilestarikan agar kekuatiran itu tidak sampai terjadi,” ucapnya.

Selain itu, keberadaan Tugu Babiola di Simpang Bukit Putus, Painan, merupakan salah satu simbol dan bentuk kepedulian Bupati Hendrajoni terhadap kesenian biola di daerah berjuluk Negeri Sejuta Pesona itu.

Ya, hal ini juga dibuktikan dengan penandatanganan prasasti tugu babiola oleh Bupati Pesisir Selatan Hendrajoni,” katanya.

Sementara itu, Pembina Seniman Babiola Sumbar, H. Bakhtiar, dalam sambutannya mengatakan bahwa Pesisir Selatan dalam mempertahankan seni dan budaya, telah mendapatkan penghargaan warisan budaya tak benda pada 2019. Namun, agar kesenian budaya bisa tetap bertahan dan lebih meningkat lagi, maka sangat dibutuhkan payung hukum berupa Peraturan Daerah.

Alhamdulillah, upaya ini tercapai berkat kepedulian para seniman yang ada di Pesisir Selatan, kendati kesenian kebudayaan di daerah ini sempat mengalami pasang surut,” tuturnya.

Menurutnya, semua itu bisa tercapai berkat keseriusan, kerja sama dan kesatuan niat yang di miliki oleh seniman. Salah satu kegiatan budaya yang sedang dihadapi saat ini adalah Jalur Rempah Banda Sapuluah.

“Daerah ini juga memiliki sepuluh kurator terbaik di Sumatra Barat,” ucapnya.

Okis/hantaran.co

Exit mobile version