BUKITTINGGI, hantaran.co – Kehadiran tiga guru penggerak di SMP Negeri 6 Bukittinggi setahun belakangan ini, secara tak langsung telah menularkan aura positif dilingkungan sekolah. Tidak hanya mampu menciptakan PBM (Proses Belajar Mengajar) yang menyenangkan, akan tetapi juga memotifasi lainnya untuk melakukan hal yang sama.
“Alhamdulillah, saya merasa bangga dan senang dengan hadirnya tiga orang guru penggerak di sekolah ini karena secara tak langsung telah menebarkan aura positif bagi guru lainnya dalam melaksanakan kegiatan PBM yang menyenangkan,” ungkap kepala SMP Negeri 6 Bukittinggi Tuti Yamila Sari Dewi, S.Pd,M.Pd diruang kerjanya Senin (4/9).
Ketiga guru penggerak itu kata kepsek asal Batusangkar kelahiran Jakarta 42 tahun lalu ini, yakni Riyanto, S.Sn, Sri Hidayati,S.Pd (wakil kurikulum) dan Yesi Maidiya Aswarn, S.Pd (waka wakil kesiswaan), yang lulus seleksi PGP (Program Guru Penggerak) yang diselenggarakan kemenristek RI angkatan 6 tahun 2022 lalu.
Sejak diterapkan hampir setahun ini, para guru lainnya merasakan atmosfir perubahan yang luar biasa hasil dari kerja guru penggerak ini, mindset guru lainnya juga ikut berubah. Kalau dulu banyak guru yang enggan ikut masuk PGP, karena menganggap cara baru hanya menambah beban kerja saja dan melelahkan. Ternyata mudah dan menyenangkan, sehingga guru lainnya jadi tertarik menerapkan apa yang dilakulan guru penggerak itu.
Guru Penggerak jelasnya adalah pemimpin dalam proses belajar-mengajar yang membantu pertumbuhan dan perkembangan siswa secara menyeluruh, aktif, dan proaktif, ia juga memotivasi guru lain untuk menerapkan pendekatan belajar yang berfokus pada siswa dan menjadi contoh dan agen perubahan dalam ekosistem pendidikan untuk mewujudkan profil siswa Pancasila yang ideal.
Sedang ia selaku kepala sekolah juga sebagai guru praktik yang berperan membantu guru penggerak, dengan mengunjungi sekolah-sekolah tempat program guru penggerak mulai SD sampai SMP dikota ini, kemudian menanyakan bagaimana dalam sebulan ini yang telah dilakukan guru penggerak serta apa saja tantangannya dan merasakan imbas.
Program PGP kata kepsek yang akrab disapa Mila ini hasilnya dirasakan memang telah merubah minset guru dalam mengajar. Bukan berarti cara lama yang tidak bagus, cuma kita mengikuti alur zaman dengan kondisi perubahan- perubahan, yang berfikirnya harus dirubah positif, karena selama ini guru hanya memberikan pelajaran satu arah saja.
“Tapi kini jadi dua arah, ada kolaborasinya, ada berbaginya, jadi guru-guru diminta berrefleksi dengan dirinya sendiri dan teman sejawat, itu bentuk bentuk perubahan yang saya rasa,” ujar Mila yang diamanahkan menakodai SMPN 6 ini sejak 18 Juli 2022 lalu ini.
Kemudian dengan anak-anak katanya mencontohkan, kalau dulu aturan seperti tidak boleh datang terlambat,dibuat oleh guru. Tapi kini anak-anak diajarkan membuat kesepakatan kelas. Dengan PGP anak-anak diajarkan bermusyawarah bermufakat, aturan itu dibuat oleh anak terlebih dulu, kemudian gurulah yang memandu, bagaimana bahasanya dan tidak perlu banyak-banyak. Itulah yang diajar.
Meski di SMPN6 baru dimulai kata Mila, tapi memang terasa perubahannya. Sebab kondisi guru kini dengan dulu berbeda. Dulu datang kesekolah lalu pulang, tapi kini banyak administrasi yang harus dilakukan. Kondisi anak- anak kini juga sangat perlu inovasi-inovasi supaya mereka tertarik dengan apa yang disampaikan oleh guru.
“Setelah mengikuti PGP kami mulai paham mempraktekkan apa itu kurikulum merdeka dan bagaimana mempraktekkannya. Intinya kalau dulu guru merencanakan pembelajan, guru mengatur murid, tapi kini meminta apa yang diinginkan murid, dan itulah yang diajarkan. Karena sesuai keinginan murid tentu mereka aman dan nyaman mengikuti pelajaran,” ujar Yesi Maidiya Aswarn dan Sri Hidayati menambahkan.
Wtz/hantaran.co
Komentar