Hobi Main Gim Boleh, Candu Jangan

Hobi Main Gim

Beberapa siswa tengah bermain gim daring (online) bersama sepulang sekolah di salah satu warung di kawasan Tabing, Kamis (29/10). TEPE

Laporan: Miftahur Rizka

Di ujung Oktober, di salah satu warung kecil di daerah Tabing, Kota Padang yang menyediakan minuman dingin, serta makanan ringan tengah ramai dikunjungi siswa SMK yang baru pulang dari sekolah.

Jual beli berlangsung antar siswa dan pemilik warung. Bersamaan itu obrolan mereka bukan lagi soal buku dan guru, tapi  tentang gim daring (online) mulai memenuhi warung berdinding kayu itu.

Kursi kayu sederhana yang tersedia dipenuhi remaja berseragam yang sibuk dengan gawai di tangan mereka masing-masing. Kebiasaan mereka ialah bermain bersama alias Mabar di satu titik lokasi.

Suara dari karakter gim yang mereka mainkan menambah riuh suasana. Bisa bermakna keberhasilan, bahkan kekalahan.

Sesekali terdengar suara tebasan pedang, hingga tembakan. Atau mereka saling berkomunikasi dengan pemain lain yang terpisah jarak.

Jenis gim yang paling banyak dimainkan mereka ialah free fire dan mobile legend.

Menurut Intan (16), kedua gim tersebut dipilih karena tidak banyak memakan data. Selain itu, top up untuk naik level dan meningkatkan kekuatan senjata mampu di dapatkan dengan harga yang terjangkau.

“Selain untuk mendapatkan hiburan dan teman baru melalui komunikasi maya, kita juga bisa menjual akun yang telah memperoleh level tinggi,” ucapnya.

Dengan durasi permainan mulai dari 3 hingga 5 jam per hari, ia mengaku tetap mendapat pantauan dari orangtuanya. Mengingat saat ini ia merupakan siswa kelas 2 SMK.

Untuk meningkatkan level permainan tentunya membutuhkan waktu bermain yang cukup tinggi. Agar setiap rintangan dan tantangan bisa ditaklukan dengan cepat. Namun, penggunaan gadget dalam jarak dekat dengan durasi yang lama akan meningkatkan resiko penyakit mata.

Menurut Dokter mata Dr Havriza Vitresia penggunaan gadget dalam jarak dekat dengan durasi yang lama akan meningkatkan kontraksi otot mata siliaris Jika  terjadi terus menerus meningkatkan resiko miopi (mata minus).

Meningkatkannya kontraksi otot mata membuat kelelahan pada mata, mata terasa sakit, tidak nyaman, perih, penglihatan kabur, hingga dry eye (mata kering).

“Mata kita butuh berkedip yang berguna untuk  mendistribusikan air mata ke permukaan mata. membasahi permukaan mata,” tuturnya.

Disaat berkonsentrasi bermain gim kedipan akan berkurang, sehingga air mata di permukaan mata tidak bagus lagi. Sedangkan normalnya permukaan mata harus lembab.

“Untuk saat ini peningkatan jumlah pasien dengan gejala miopi meningkat sekitar 25%,” katanya.

Untuk meminimalisir mata miopi ia menyebutkan The law of twenty

(hukum 20:20). Setiap beraktivitas menggunakan gadget selama 20 menit,  beri jeda untuk mengistirahatkan mata selama 20 detik dengan cara memandang jauh sekitar 20 feet.

“Ada juga anjuran untuk memejamkan mata selama 20 detik,” tuturnya.

Psikolog

Di sisi lain, menurut psikolog Suci Mayangsari, S.Psi, candu atau adiksi dalam gim terjadi karena permainan tersebut karena didesain dengan adanya peningkatan tahapan atau level tertentu.

“Ketika seseorang sudah menyelesaikan satu level ada keinginan untuk naik level dan terus naik,” ucapnya.

Penyebab lainnya, karena tidak ada aktivitas lain. Niat awal untuk mengisi waktu luang menjadi ketagihan karena keinginan untuk meningkatkan level permainan.

Menurutnya efek samping dari keseringan bermain gim online dapat mengganggu interaksi dengan dunia nyata.

Di sisi lain dari segi fisik akan terganggu karena tubuh berada di posisi yang sama dalam waktu yang lama. Sakit mata, motorik tidak berkembang dengan baik, kognitif berkurang, hingga mengurangi konsentrasi.

“Jika gimnya bergendre action akan membangkitkan jiwa agresi anak yang dipicu dari game tersebut,” katanya.

Oleh karena itu, peran orang tua sangat penting untuk menanggulangi kebiasaan anak dalam bermain gim. Seperti memberikan jadwal yang tegas dalam membagi waktu untuk belajar dan bermain. Lalu mencari hobi baru dan aktifitas lain yang lebih bermanfaat. Namun, jika sudah berlarut orang tua bisa menarik gadget atau mencabut akses internet.

“Orang tua harus bekerjasama menjalaninya secara konsisten,”katanya.

Namun, jika sudah pada tahap kecanduan. Dimana sudah mengganggu aktivitas utama si anak seperti sekolah, bersosialisasi. Saat orang tua sudah menyadarinya, harus segera dibawa untuk diterapi oleh professional.

Menurutnya waktu penggunaa gadget setiap anak itu berbeda berdasarkan tahapan usia anak. Screentime penggunaannya semakin kecil anak semakin sedikit waktu yang diperbolehkan.

Ia menyebutkan jika durasi bermain gadget untuk anak-anak sekitar 30 menit dalam satu minggu. Sedangkan untuk siswa sekolah dasar sekitar 1 jam untuk  2 kali dalam seminggu.

“Kira-kira rangenya mulai dari ½-1 jam sesuai tingkat sekolah,”tuturnya.**

 

 

 

 

 

Exit mobile version