Manfaat New Media Pada Diskusi Agama

Kemenag

Vethria Rahmi, Pranata Humas Ahli Muda Kanwil Kemenag Sumbar. IST

Vethria Rahmi

Pranata Humas Ahli Muda Kanwil Kemenag Sumbar

 New Media menggambarkan perkembangan teknologi digital dan internet terkini yang berdampak pada perubahan gaya hidup masyarakat menjadi revolusi digital. Kemunculan internet telah berperan terhadap perkembangan media online. Terutama aplikasi YouTube dan Zoom yang diintegrasikan dengan platform digital Youtube melalui aplikasi OBS.

 

Dengan integrasi aplikasi ini menjadi semakin mempercepat dalam perubahan cara belajar, cara mencari informasi, cara berkomunikasi, cara berinteraksi dan cara mencari hiburan serta cara menyiarkan informasi.

 

Kebebasan komunikasi dan informasi kini telah mengakibatkan tsunami informasi dan telah menenggelamkan pemikiran generasi muda umumnya, kini dapat memilih tontonan alternatif yang bisa jadi tuntunan dalam memperkuat pendirian diatas nilai-nilai teladan kenabian dalam konteks pembelajaran.

 

Program talk show bernuansa diskusi yang melibatkan dari berbagai kelompok aliran islam  belakangan ramai diselenggarakan secara daring. Gelora masyarakat muslim pembelajar dalam mengkritisi  sejumlah dogma yang mengatasnamakan Islam meningkat seiring lunturnya dogma-dogma yang terbukti tidak berdaya membendung dampak negatif globalisasi yang layak dipertanyakan validasinya.

 

Diskusi alot antara pihak konservatif dan revolusioner menjadi tontonan menarik karena ada arus baru yang berupaya meninjau ulang  pemaknaan dari berbagai peristilahan yang ada dalam agama. Tujuannya agar pemahaman agama dapat menjadi lebih fungsional dan realistis diimplementasikan.

 

Sebagian kanal youtube yang menayangkan program diskusi tersebut misalnya, CakNun.com, tabung wakaf umat official, Helmi Yahya Bicara, Shofiyah Chanel dan sebagainya.

 

Hal ini berbanding lurus dengan apa yang tertulis pada buku “Berpikir Kritis, Berwawasan Luas, Persuasif, Argumentatif yang ditulis Fegy Lestari (2018)”. Menurutnya, diskusi adalah aktivitas untuk membahas sesuatu dan mempertahankan pendapat. Artinya melalui diskusi yang sehat dapat dibuktikan oleh pakar yang disaksikan oleh penonton. Bahwa pendapat yang lemah saat diadu dengan argumentasi dari pihak yang kuat  akan dapat dengan mudah dipatahkan. Nilai-nilai studi komparatif itulah yang dapat dijadikan sebagai parameter kebenaran. Nilai yang benar pasti mampu ditantang  validitasnya ataupun objektivitasnya sesuai Agama.

 

Praktik diskusi ilmu (Islam) melalui new media ini memanfaatkan model komunikasi massa yang sebelumnya berupa satu komunikator ke banyak komunikan (one to many communication). Tapi kini menjadi banyak komunikator ke banyak komunikan (many to many communication). Artinya, Tidak hanya media yang dapat menyebarluaskan informasi untuk dikonsumsi oleh masyarakat, akan tetapi setiap individu dapat merekam dengan aplikasi OBS dan menyebarkan informasi itu, baik dengan bentuk teks, suara, gambar, maupun video.

 

Program diskusi ini diprakarsai oleh berbagai content creator. Awalnya perang urat syaraf itu banyak ditemukan di Facebook Group. Kemudian sejumlah youtuber dan para tokoh agama pun menjembatani kebutuhan warganet pembelajar dan  narasumber dari berbagai latar belakang.

 

Diskusi antar pembelajar muslim yang dilakukan secara daring ini bermanfaat sebagai sarana alternatif yang lebih efisien dalam pembelajaran. Bahkan makin meluas dengan diskusi melalui perangkat zoom meeting. Partisipan lebih leluasa dalam  menyampaikan pandangan kritis dan kontroversial mereka tanpa ada hambatan psikologis.

 

Program ini memungkinkan narasumber dan partisipan dapat merahasiakan identitas mereka dengan menonaktifkan fitur video atau rekam wajah. Bahkan narasumber dapat leluasa menggunakan data untuk memperkuat argumentasi yang mereka lemparkan.

 

Diskusi sebagai metode pembelajaran menjadi semakin relevan untuk mampu membendung tayangan misinformasi ataupun hoax. Karena dalam diskusi sebagai pembelajaran memiliki unsur  belajar dan mengajar. Jadi kedua hal ini pun tidak dapat dipisahkan dalam program debat yang melibatkan seluruh peserta. Baik narasumber itu sendiri maupun partisipan zoom yang berpartisipasi dalam diskusi tersebut, sama-sama membutuhkan kegiatan belajar sekaligus mengemukakan hasil belajarnya. Jadi narasumber sebagai pengajar pada hakikatnya juga pembelajar dan partisipan dalam belajar pun mendapat kesempatan untuk berpendapat.

 

Diskusi ilmu agama (islam) ini tidak seperti debat kusir yang hanya saling mengklaim siapa benar dan siapa yang salah. Tapi debat ilmu ini hanya memaparkan hasil kajian ilmu (islam) sesuai tema tertentu.

 

Debat seperti inilah yang bermanfaat untuk meningkatkan kecakapan berpikir kritis dalam pemecahan masalah. Sebab dalam debat tersebut, peserta didorong untuk memandang sebuah permasalahan secara komprehensif dan dengan tinjauan interdisiplin ilmu yang mengacu pada rujukan  Al-Quran.

 

Persiapan diskusi pun perlu disusun melalui prosedur ilmu itu sendiri. Mulai dari pengumpulan teori dan data terkait permasalahan yang akan didebatkan. Kemudian menganalisisnya untuk mengidentifikasi apakah teori itu sesuai dengan fakta dan contoh yang diperdebatkan. Inilah yang disebut dengan Mosi.

 

Kemudian mensintesis dan mengevaluasi fakta, data dan contoh yang dikumpulkan sehingga dapat terbangun argumen-argumen yang akurat dan relevan yang dapat dipertanggungjawabkan sumbernya.

 

Pada akhirnya, membangun solusi-solusi atau pemecahan masalah dari sebuah permasalahan yang ada atau dari sebuah Mosi. Solusi-solusi disesuaikan dengan permasalahan yang ada dan sesuai dengan kondisi di lapangan adalah yang bersifat praktis (pragmatis) dan bisa dilaksanakan dalam jangka pendek dalam bentuk program.

 

Diskusi juga dapat melatih kebiasaan untuk berorientasi pada masa depan sehingga menjadi visioner yang  mampu memprediksi suatu permasalahan. Dengan diskusi menjadi terbiasa berkonsentrasi dan mengkritisi setiap argumen-argumen yang disampaikan oleh masing-masing personal, sehingga mampu memprediksi  argumen-argumen yang akan disampaikan selanjutnya oleh lawan bicaranya. Prediksi-prediksi itulah yang dijadikan sebagai bahan sanggahan untuk menyanggah argumen-argumen lawan bicara.

Dengan demikian, diskusi juga dapat melatih kecakapan kita dalam berkomunikasi menjadi lebih efektif dan lancar. Karena peserta diskusi terbiasa untuk menyampaikan argumen-argumen secara sistematis dan logis.

Diskusi tidak hanya melatih mengkomunikasikan pemikiran-pemikiran mereka secara lisan tapi juga tulisan. Pasalnya, mereka terlebih dahulu menuangkan argumen-argumen yang berbasis referensi dalam bentuk draft tulisan agar mereka dapat melisankan di depan orang lain dengan penuh keyakinan dan keberanian.

Dengan persiapan diskusi yang sesuai prosedur ilmu itu, otomatis dapat menumbuhkan dan meningkatkan rasa kepercayaan diri dalam berkomunikasi di depan umum. Tentu dengan tetap memperhatikan etika dalam berkomunikasi yang berlaku baik dengan bahasa verbal maupun bahasa tubuh mereka.

Diskusi yang sehat juga dapat menumbuhkan dan meningkatkan kreativitas dan inovasi. Karena kita dapat menggali dan menumbuhkan ide atau gagasan baru justru berdasarkan mosi yang  dibahas dari argumen orang lain. Selain itu, di dalam diskusi kita dilatih dan dibiasakan mencari kebenaran tentang mosi yang sedang trending di masyarakat.

Selain itu, diskusi yang dikelola dengan baik juga dapat melatih dan membiasakan diri kita untuk bekerja sama dengan timnya. Karena menuntut kita beradaptasi dalam berbagai peran dan tanggung jawab sebagai anggota diskusi.

Dengan kemampuan public speaking yang baik dari kebiasaan berdebat ini justru seringkali dapat menunjang karir mereka. Lihat saja bagaimana para Rasul Allah dan Presiden Soekarno, almarhum Steve Jobs, Mark Zuckerberg, Barack Obama, Oprah Winfrey, atau Sheryl Sandberg. Mereka semua dengan segala perbedaannya tetap memiliki kesamaan, yaitu memiliki kemampuan public speaking yang luar biasa.

 

Kebangkitan umat Islam bergulir sesuai ayat-ayat tentang diskusi dalam Al-Quran bila Kebangkitan komunikasi diskusi atau “perang verbal” yang berbasis argumentasi ilmiah digeliatkan. Sebab dalam perspektif komunikasi, Al-Quran itu tidak bisa dipisahkan dengan rangkaian kalimat verbal yang esensi pokoknya adalah ayat tentang hukum/aturanNya yang sesuai IlmuNya. Oleh karena itu diskusi dengan cara terpuji (dialektis) yang perlu dibiasakan agar mendapatkan dalil argumen yang lebih kuat. Pembuktian metodologinya terlebih dahulu.

 

Dengan perspektif dialektika komunikasi dalam bingkai Agama para pihak yang ikut serta dalam diskusi tidak perlu saling menyampaikan ujaran kebencian bila ingin mencapai mutual understanding dan konsensus yang seimbang. Walaupun sangat sulit menghindari suasana saling bermusuhan itu. Hal ini karena terkait karakter dasar manusia yang suka membantah (QS.18:54)

 

Atas dasar kesukaan manusia itu pula, wajar kalau diskusi kini  semakin diminati masyarakat pembelajar secara luas. Karena new media memungkinkan untuk mempermudah arena diskusi terbuka yang melibatkan peserta tidak harus berada di satu wilayah.  Tapi bisa diakses dimanapun oleh siapapun dan kapanpun. Apalagi tayangan diskusi itu tidak hanya menyajikan audio visual dan virtual tapi juga telah dilengkapi fitur live streaming, share screen dan live chat serta mic yang bisa di mute oleh partisipan maupun hostnya.

 

Komunikasi seperti ini sesuai dengan prinsip long life education. Bahwa pendidikan sebagai kebutuhan dasar bagi manusia untuk bisa survive menghadapi apapun tantangan perubahan zaman. Termasuk ancaman resesi dan benturan peradaban (clash of civilization) pada masa mendatang.

 

Partisipan diskusi meyakini bahwa selalu ada data yang benar dengan argumentasi yang benar yang belum mereka ketahui. Diskusi adalah metode pembelajaran untuk membuka yang belum mereka ketahui.

 

Saling tukar pandangan dan wawasan langkah menuju pembaharuan atau pemurnian pemahaman dan kesadaran menjadi lebih revolusioner. Hingga pada satu titik kesadaran bahwa seindah-indah komunikasi adalah komunikasi yang selaras dengan ayat-ayat Allah (da’a ila Allah) seraya dia berbuat tepat sesuai dengan apa yg dia nyatakan. Itulah yang disebut Khusyu’ atau integritas. (*)

 

 

 

 

 

Exit mobile version