Memanfaatkan Waktu dan Kesempatan

Ibnu

Drs. H. Masnefi MS Ketua MUI Kabupaten Tanah Datar. IST

Drs. H. Masnefi MS

Ketua MUI Kabupaten Tanah Datar

Dari Ibnu Abbas  ia berkata, Rasulullah berkata kepada seorang laki-laki yang dinasihatinya, ”Ingatlah lima perkara sebelum lima perkara; masa mudamu sebelum masa tuamu, masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu, waktu luang sebelum waktu sempitmu, masa kaya sebelum datang masa kemiskinananmu, dan masa hidup sebelum matimu.

”Al Waqtu Kas Syaif; waktu itu bagaikan pedang,” begitulah pepatah Arab menuturkan. Waktu diumpamakan seperti sebilah pedang bagi manusia. Perumpamaan ini sangatlah tepat, pedang sebagai senjata akan sangat berguna bagi orang yang dapat menggunakannya dengan baik dan benar. Dia dapat menjaga dari berbagai hal yang dapat mengancam keamanan pemiliknya. Namun sebaliknya, dia akan sangat membahayakan bahkan mencelakakan ketika pemiliknya tak memiliki kemampuan untuk menggunakannya.

Begitu pula halnya dengan waktu. Waktu bagi orang yang beriman merupakan senjata, harta, dan aset yang sangat berharga bagi keberlangsungan hidup di dunia. Jika digunakan dengan sebaiknya, ia akan menjadi modal berhaga yang berdaya guna. Namun jika tidak cakap menggunakanya, maka yang terjadi adalah kecelakaan bagi pemiliknya.

Allah juga telah memberikan peringatan kepada kita dengan qasam-Nya  (sumpah) terkait waktu tersebut, bisa kita lihat sebagaimana nama-nama surat dalam Al-Qur’an diawali dengan sumpah Allah kepada waktu, seperti wal ‘ashr; demi waktu, wal fajr; demi waktu fajar; wadh dhuha; demi waktu duha dan sebagainya. Ini menunjukan betapa pentingnya kita mengingat waktu. Karena Allah telah mengingatkan setiap manusia memiliki jatah waktu yang telah ditentukan hingga menemui ajalnya.

Allah berfirman; Tiap-tiap umat mempunya batas waktu; maka apabila telah datang waktu mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak (pula) memajukannya. (Q.S Al A’raf: 34)

Tabiat Waktu

Di antara tabiat waktu, sebagaimana diulas oleh Syaikh Dr. Yusuf Al-Qaradhawi sebagai berikut, pertama, waktu cepat berlalu. Jika seseorang merenungi tentang waktu yang sudah ia lewati. Bagi yang berumur tiga puluh tahun, empat puluh tahun, lima puluh tahun, dan seterusnya, akan merasakan betapa cepat tahun itu belalu. Al-Qur’an juga menegaskan hal itu ketika ia menggambarkan di antara fenomena hari kebangkitan nanti. Allah  berfirman ; Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja ) di waktu sore atau pagi hari. (Q.S. An-Nazi’at: 46).

Kedua, waktu yang sudah berlalu tidak mungkin kembali lagi. Inilah yang pernah disampaikan oleh Imam Hasan Basri, tidak ada satu haripun yang menampakkan fajarnya kecuai ia akan menyeru “wahai anak Adam, aku adalah harimu yang baru, yang akan menjadi sanksi atas amalmu, maka carilah bakal dari diriku, karena jika aku telah berlalu aku tidak akan kembali lagi hingga hari kiamat.”

Ketiga, waktu merupakan aset paling berharga. Ketika waktu adalah suatu yang tidak bisa kembali dan tidak bisa tergantikan, maka waktu adalah aset yang paling mahal bagi manusia. Dan mahalnya nilai sebuah waktu lantaran ia adalah wadah bagi setiap amal dan produktivitas. Waktu adalah modal utama bagi individu maupun masyarakat.

Aset Berharga Orang Beriman

Waktu bagi orang beriman harus menjadi perhatian penting. Ada warning dari Allah supaya kita memperhatikan hari esok jauh ke depan. Tak sebatas hari esok dunia semata yang bersifat tidak abadi, tapi hari esok yang abadi, yaitu kehidupan akhirat.

Allah  berfirman, wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat) (Q.S. Al Hasyr: 18).

Dengan memperhatikan waktu esok (kehidupan akhirat), seorang muslim akan sangat menjaga waktu dan memanfaatkannya untuk kemaslahatan dunia dan akhiratnya. Dia tidak akan menghambur-hamburkan waktu atau menghabiskannya tanpa makna. Karena ia sadar, bahwa membuang-buang waktu merupakan sikap tabdzir yang akan membuatnya rugi.

Investasi Orang Beriman

Karena keterbatasan waktu itulah, Rasulullah memberikan peringatan kepada kita sebagai umatnya untuk menginvestasikan waktu (masa), karena waktu merupakan aset orang yang beriman. Pertama, Investasi Masa Muda, Sebelum Masa Tua. Masa muda merupakan salah satu modal berharga yang harus diinvestasikan. Karena masa muda merupakan masa berharga manusia. Masa ini harus dimanfaatkan sebaik mungkin. Ada pepatah Arab mengatakan “Belajar di waktu kecil bagai mengukir di atas batu, belajar di waktu tua bagai mengukir di atas air”. Maka pantaslah masa muda ini harus diinvestasikan dengan baik, agar kelak di masa tua dapat mengambil buah dari kebaikan di masa muda.

Kedua, investasi masa sehat,sebelum masa sakit. Masa sehat juga merupakan anugerah da kenikmatan dari Allah yang harus diinvestasikan, banyak hal positif yang dapat kita lakukan ketika dalam keadaan sehat wal ‘afiyat, karena ketika sakit, manusia akan semakin terbatas gerak dan usahanya. Ketiga, investasi masa luang, sebelum masa sempit. Inilah salah satu nikmat yang sering di lupakan orang. Waktu luang selayaknya dimanfaatkan dengan baik. Dalam pandangan islam, ketika kita selesai dalam satu pekerjaan maka hendaklah menyelesaikan urusan yang lain, jangan biarkan waktu luang terbuang.

Keempat, investasi masa kaya, sebelum masa miskin. Masa kaya merupakan masa yang harus diinvestasikan, karena di masa ini seorang mukmin dapat melakukan berbagai investasi dunia plus akhirat. Misalnya, berzakat, berinfaq, pergi haji, menyantuni anak yatim dan lain sebagainya. Kelima, investasi masa hidup, sebelum masa mati, ini merupakan investasi menyeluruh dari sekian investasi di atas. Pasalnya, masa-masa di atas terangkum dalam kehidupan kita. Dalam masa hidup ini manusia kembali dituntut untuk terusberupaya melihat secara utuh tugas serta kewajibannya sebagai hamba Allah

Karenanya, masa sebagai aset berharga harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Investasikanlah lima masa berharga kita sebelum lima kondisi menyapa. Semoga kita tidak termasuk menjadi orang-orang yang merugi karena tidak menginvestasikan masa. (*)

Exit mobile version