Minim Anggaran, Rel Pun jadi Jembatan

Gebrakan Epyardi Asda

minim anggaran rel jadi jembatan

Bupati Solok Epyardi Asda bersama Direktur Sarana Perkeretaapian Kementerian Perhubungan RI, Djarot Tri Wardhono saat mengunjungi lokasi rel yang dihibahkan untuk pembangunan jembatan di Kabupaten Solok

 

“In the middle of difficulty lies opportunity.” (Di tengah kesulitan terdapat kesempatan.) Kutipan dari Albert Einstein ini sepertinya berlaku bagi Bupati Solok Epyardi Asda.

Anggaran Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Solok sebesar Rp1 triliun lebih harus digunakan untuk belanja pegawai (gaji), barang dan jasa, belanja modal, bantuan sosial dan lainnya. Jika dihitung-hitung hanya sekidit untuk pembangunan.

Sudahlah kecil, pandemi memaksa pemerintah melakukan refocussing. Akibatnya, anggaran semakin kecil.

Hal ini tentunya menuntut kepada daerah mesti kreatif dan berinovasi. Roda pemerintahan mesti jalan, masyarakat wajib dilayani.

Namun, itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Kabupaten Solok yang memikili kontur tanah atau topografi yang memiliki banyak sungai dan bukit. Sehingga akses jembatan sangat dibutuhkan.

Data dari BPS Sumbar, Kabupaten Solok memiliki 36 jembatan besar. Sementara data dari Pemkab Solok jembatan kecil di nagari-nagari ada 204.

Namun, diperkirakan masih ada jembatan yang belum terdata atau yang hendak dibangun baru. Karena hampir semua nagari mengajukan permintaan pembangunan jembatan.

Diketahui, hampir di setiap nagari membutuhkan jembatan yang layak. Karena ada sebagian yang terpaksa memakai kayu atau bambu seadanya dan itu hasil swadaya masyarakat. Bahkan pernah ada yang meninggal karena jatuh dari jembatan tersebut.

Ada itu yang jatuh, motor masuk ke dalam (sungai) karena jembatannya kecil, lalu meninggal,”kata Epyardi.

“Jadi kami sangat membutuhkan jembatan yang layak untuk masyarakat, terutama mereka petani yang membawa hasil kebunnya seperti bawang, cabe, kentang, padi dan lainnya untuk dijual ke pasar,”ujarnya menambahkan.

Untuk memenuhi pembangunan jembatan perlu biaya besar, dan dapat dipastikan menyedot anggaran yang besar juga. Bisa dari Rp200 juta hingga miliaran rupiah tergantung panjangnya.

Epyardi harus memutar otak. Ia menghubungi anaknya yang saat ini duduk di komisi V DPR RI, Athari Gauthi Ardi.

Ia mempunyai ide untuk memanfaatkan rel kereta api yang ada di kampung halamannya Nagari Singkarak dapat digunakan sebagai jembatan.

Kesempatan itu tidak ia sia-siakan. Ia mengontak anak sulungnya itu untuk mengkomunikasikan dengan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) RI. Dengan upaya usulan dari Pemkab Solok melalui Athari, 400 rel pun akhirnya dihibahkan.

“Alhamdulilah saya atas nama masyarakat Kabupaten Solok mengucapkan terima kasih kepada Pak Menteri Perhubungan, Ibu Athari Gauthi Ardi selaku anggota DPR dan PT KAI di pusat dan di Sumbar. Akhirnya permintaan kami disetujui. Ada 400 rel serta bantalannya yang dihibahkan ke kami,”tutur Epyardi Asda.

Dijelaskannya, Kabupaten Solok membutuhkan percepatan pembangunan, terutama setelah dilanda pandemi yang mengganggu perekonomian. Salah satunya dengan memanfaatkan rel kereta api menjadi jembatan tinggkat nagari.

“Kita tahu, pandemi mempengaruhi ekonomi kita. Sementara pembangunan untuk harus dijalankan, tidak boleh tertunda. Di tengah kesulitan ini saya melihat ada opportunity atau kesempatan. Karena saya kelahiran Singkarak, dan saya sering melihat rel kereta yang tidak aktif ini. Maka muncul ide bagaimana kalau rel ini dijadikan jembatan,”ucapnya.

Selanjutnya, ia menghubungi Athari untuk menyampaikan aspirasi masyarakat bagaimana agar rel tersebut dihibahkan untuk dijadikan jembatan di nagari-nagari.

Diungkapkannya, dari usulan yang diajukan, Pemkab Solok meminta 750 batang rel. Namun, untuk tahap awal diserahkan 400 rel.

Epyardi mengaku masih ragu apakah dengan 750 rel tersebut cukup untuk seluruh nagari di Kabupaten Solok. Seperti diketahui, Kabupaten Solok mempunyai 74 nagari.

“Apakah cukup atau tidak, karena seluruh nagari sudah mendaftar. Tapi bagaimana pun kami bersyukur pemerintah pusat cepat merespon permintaan kami,”ujarnya.

Pertama di Sumbar

Direktur Sarana Perkeretaapian Kementerian Perhubungan RI, Djarot Tri Wardhono, menjelaskan, sesuai dengan permintaan Bupati Solok Epyardi Asda untuk rel bekas disalurkan untuk pembangunan jembatan,pihaknya di Kemenhub menyetujuinya dengan tahap awal 400 batang rel.

“Untuk tahap awal 400 batang rel. Tahap kedua juga menyusul dan kami juga memberikan bantalan-bantalan rel. Karena juga punya bantalan rel yang cukup banyak hampir 70 ribu. Nanti bertahap kami kirim sesuai permintaan dan kebutuhan dari Pemkab Solok,”tuturnya.

Dikatakannya, bantalan rel tersebut nantinya juga bisa digunakan untuk abutment (abt).

Ide penggunaan rel tersebut menjadi satu-satunya oleh kepada daerah di Sumbar dan berhasil memanfaatkan rel milik Kemenhub untuk dihibahkan jadi jembatan.

Djarot mengakui, Epyardi yang pertama menginisiasi permintaan rel menjadi jembatan.

“Di Sumbar ini yang pertama, diinisiasi oleh Pak  Bupati Solok,”ucapnya.

 

Exit mobile version