Pakar Gempa Sebut Begini untuk Mitigasi Bencana Alam di Tengah Pandemi

Pakar Gempa dari Universitas Andalas (Unand), Badrul Mustafa Kemal. IST

PADANG, hantaran.co — Pakar Gempa dari Universitas Andalas (Unand), Badrul Mustafa Kemal menilai, upaya mitigasi bencana alam semestinya tidak terpengaruh oleh kejadian Pandemi Covid-19. Baik yang menyangkut sarpras, maupun bersifat sosialisasi kepada masyarakat.

“Seharusnya itu bisa sejalan. Sebab, seperti yang dinyatakan pemerintah, untuk penanganan Covid-19 anggarannya banyak, sehingga mitigasi untuk menghadapi bencana geologis dan hidrometeorologis lainnya mestinya bisa tetap jalan,” kata Badrul kepada Haluan, Rabu (30/9/2020) lalu.

Namun, kata Badrul lagi, nyatanya memang banyak anggaran mitigasi bencana gempa atau tsunami seperti di BPBD provinsi dan kota/kabupaten tersedor ke penanganan Covid-19, sehingga program dan agenda yang telah disusun terpaksa dibatalkan, seperti sosialiasi dan simulasi bencana.

“Semestinya pemerintah tetap konsisten melakukan mitigasi dengan kegiatan yang sudah direncanakan sebelum wabah melanda itu. Saya rasa seperti sosialisasi dan simulasi, tetap harus dan bisa dilaksanakan dengan mengikuti protokol kesehatan,” kata Badrul lagi.

Mentawai Megathrust

Badrul menilai, salah satu alasan pentingnya mitigasi di Sumbar tetap dilakukan adalah karena berkaitan dengan potensi gempa besar dan tsunami di Megathrust Mentawai, khususnya di segmen Siberut yang secara periodik 200 tahunan akan mengeluarkan gempa berkekuatan di atas M 8,5.

“Gempa besar di segmen ini belum keluar sejak 1797, maka energinya diperkirakan masih tersimpan. Ini karena ada tumbukan lempeng Indo-Australia terhadap Eurasia dengan laju 6-7 cm per tahun yang terus berlangsung, tentu energinya terakumulasi terus, tapi ini adalah pandangan saintifik. Fenomena ilmiah,” ujar Badrul.

Oleh karena hal itu sebuah pandangan ilmiah, Badrul pun mengimbau agar masyarakat tidak panik berlebihan, tetapi tetap waspada dan mengikuti arahan dari pemerintah yang terus menjalin komunikasi dan bekerja sama dengan para pakar. Namun yang jelas, pandangan ilmiah, juga harus dihadapi dengan ilmu pengetahuan.

“Tidak perlu panik. Yang perlu itu kitas sadar berada di daerah rawan gempa. Jadi, ikuti saja arahan pemerintah. Untuk masyarakat yang beragama (khususnya Islam), bersahabat dengan gempa ini disempurnakan dengan mitigasi spiritual, yakni perbanyak zikir dan tingkatkan ketakwaan,” ujarnya lagi. (*)

Yesi/Ishaq/hantaran.co

Exit mobile version