RESY OKTADELA
Mahasiswa Pascasarjana UNP
Fakta teknologi informasi telah mendisrupsi berbagai hal tidak dapat dipungkiri. Banyak perdagangan barang dan jasa hancur. Kemudian lahir produk yang benar- benar baru, tidak ada hubunganya dengan produk sebelumnya. Pendidikan juga diprediksikan seperti itu, namun prediksi tersebut salah besar. Disrupsi dunia pendidikan dipercepat oleh wabah Covid-19 yang datang dan batas akhirnya tak dapat diprediksi akan hadirnya secara tiba-tiba, membuat dunia pendidikan tidak siap.
Mendikbud yang responsif terhadap keadaan menetapkan semua pembelajaran melalui daring. Kebijakan dadakan menyebabkan sekolah, kampus, pendidik, dan siswa, dan wali murid tergagap menyikapi perubahan tersebut. Terbukti pemerintah tidak menyiapkan perangkat. Surat Edaran Mendikdup No.363962/MPK.A/HK/2020 tanggal 17 Maret 2020 perihal pembelajaran secara daring dan bekerja dari rumah (BDR) dalam rangka pencegahan Covid-19.
Dalam surat tersebut pemerintah memberikan rujukan beberapa situs belajar daring pada pihak swasta. Meskipun dalam surat tertulis gratis, tapi secara faktual tetap berbayar. Dalam surat tersebut, respons terhadap keadaan dikembalikan polanya pada masing –masing institusi pendidikan. kebijakan yang dibuat pemerintah tidak berjalan semulus yang diharapkan . Di lapangan terjadi banyak masalah akibat belajar daring. Masalah-masalah tersebut antara lain: pertama, terjadi overload (terlalu banyak) tugas bagi siswa dan mahasiswa. Akibatnya terjadi peningkatan stres pada peserta didik. Stres pertama karena menghadapi pandemi Covid-19. Stres selanjutnya akibat banyak tugas menumpuk.
Kedua, tidak semua peserta didik memiliki perangkat digital yang mendukung. Jaringan internet juga tidak merata. Akibatnya mereka tidak dapat menikmati dan mengikuti pembelajaran daring secara maksimal. Terutama yang berada di daerah terpencil. Ketiga, tidak semua guru dan dosen mengusai perangkat digital. Terutama untuk dosen-dosen senior dan guru-guru SD, serta PAUD. Akibatnya pembelajaran daring sangat membosankan dan monoton.
Keempat, biaya belajar daring ternyata tidak murah. Semakin bagus aplikasi yang digunakan ternyata membutukan piranti yang mahal. Padahal tidak semua memiliki piranti yang memadai. Faktor ekonomi menjadi kendala utama dalam pembelajaran daring.
Kelima, tidak semua Mapel dan Makul dapat diimplementasikan melalui belajar daring. Mengapa dalam keadaan darurat, masih dibebankan dalam urusan akademik yang konteks nya jauh berbeda. Padahal semua guru dan dosen paham bahwa hanya Mapel atau Matkul tertentu saja yang dapat diaplikasikan dalam daring. Keenam, pembelajaran daring menjadi miskin ekspresi. Padahal pendidikan membutuhkan banyak ekspresi. Pendidikan penuh nilai norma yang dibagikan. Ruang ekspresi inilah yang hilang dalam pembelajaran daring.
Sampai tulisan ini ditulis, pemerintah memberikan dua solusi: Pertama, regulasi di sistem pendidikan. Hal ini tertuang dalam surat edaran Dirjen pendidikan Tinggi No. 302/E.E2/KR/2020. Perihal masa belajar program penyelenggraan pendidikan. Selain mengatur masalah regulasi penyelenggraan pendidikan, surat ini juga mengimbau kampus-kampus memberikan metode dan strategi pembelajaran yang mudah kepada mahasiswa. Kemudian pemerintah memberi beasiswa, bantuan pulsa, subsidi kuota, dan lain sebagainya.
Kedua, reposisi pengguaan dana BOS dapat digunakan untuk membeli kuota dan mendukung pembelajaran berbabagai macam keperluan untuk penanganan pandemi Covid-19. Dua kebijakan tersebut sangat bagus. Harus didukung. Meskipun menjawab semua persoalan diatas. Khususnya terkait isi pembelajaran dalam situasi Covid-19. Apalagi pandemi ini di prediksikan akan masih terus berlanjut hingga Juli.
Di sinilah perlu adanya solusi demi kebaikan bersama. Sekolah dalam hal ini perguruan tinggi mengajarkan dengan tiga cara, apa yang diajarkan, bagaimana diajarkan, dan jenis tempat mengajarkan. Apa yang diajarkan di sini berkaitan dengan materi yang diberikan seperti materi yang menggunakan praktikum, bagaimana diajarkan sudah tentu berkaitan dengan strategi dan metode yang digunakan dalam pembelajaran, sarana dan prasarana dengan strategi dan metode yang digunakan dalam pembelajaran, sarana dan prasarana yang digunakan serta dimana tempat mengajarkan.
Berkaitan dengan hal tersebut dan dikarenakan dengan situasi dan kondisi yan terjadi pada saat ini proses pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran langsung mengalami hambatan maka dari permasalahan kondisi tersebut penulis mencoba memberikan solusi metode mengajar dengan perlu ada pembelajaran kontekstual dengan penerapan teknik pembelajaran Information Gap Activities (IGACTL) melalui gambar dalam proses pembelajaran secara daring di sekolah dan di perguruan tinggi.
Dari uraian tersebut, teknik pembelajaran ini merupakan konsep yang membantu pendidik mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dalam praktiknya, pembelajaran kontekstual dilakukan secara autentik yaitu pembelajaran yang mengutamakan pengalaman nyata, pengetahuan bermakna dalam kehidupan, dekat dengan kehidupan nyata sehingga sangat cocok jika diterapkan di massa pandemi seperti sekarang ini.
Pengembangan terknik pembelajaran IGACTL ini memiliki nilai novelty yang di sesuikan dengan kondisi pembelajaran pada saat ini, adaptasi kebiasaan baru juga merupakan sebagai :1) peningkatan kompetensi pendidik yang dilakukan dengan memberikan pembinaan tenaga pengajar melalui pelatihan menggunakan buku produk model berupa buku siswa , buku model IGACTL dan buku dosen yang telah dijadan pedoman bahan ajar sebagai adaptasi kebiasaan baru, 2) pada buku perangkat IGACTL yang merupakan buku pedoman pembelajaran pratek keterampilan berbicara bahasa Inggris dilengkapi prosedur tindakan dan format evaluasi, 3) peningkatan kompetensi pendidik adaptasi kebiasaan baru seorang dosen harus dapat menguasai empat keterampilan bahasa Inggris , seperti menyediakan gambar-gambar unik yang dapat menarik dan menyenangkan mahasiswa dalam pembelajaran praktek bahasa Inggris, mengikuti sintaks pembelajaran langsung dan proses pembelajaran ini berpusat pada mahasiswa.
Keunggulan IGACTL ini yang merupakan inovasi dalam peningkatan kompetensi pendidik dapat digunakan secara formal di sekolah – sekolah dan di perguruan tinggi karena teknik pembelajaran ini berbasis pembelajaran langsung dapat memberikan kesempatan pada peserta didik dalam mengembangkan dirinya sesui dengan potensi yang dimilikinya serta mereka dapat berfikir kritis dan kreatif sehingga pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak membosankan.
Dengan demikian langkah-langkah (sintaks) untuk pembinaan tenaga pendidik yaitu guru dan dosen harus mengetahui dan menguasai model pembelajaran CTL (Contextual Teaching &Learning). Kemudian model pembelajaran ini dapat mendorong siswa untuk saling bertanya sehingga bisa membuat kelas lebih interaktif dan juga bisa membantu membuat pengalaman kelas bahasa lebih bermakna dan nyata.
Artikel ini ditulis berdasarkan disertasi yang dipertahankan Pascasarjana UNP, Resy Oktadela, dengan Promotor 1)Prof. Dr. H.Mukhaiyar, M. Pd. 2) Prof. Nurhizrah Gistituati, M.Ed., Ed.D 3) Dr. Zul Amri,.M.Ed. (*)
Komentar