Positif Covid Sumbar Capai 3.502 Kasus

Virus Corona. Ilustrasi

PADANG, hantaran.co — Dalam 24 jam terakhir hingga Senin (14/9) pukul 18.00 WIB, terjadi tambahan 116 kasus positif Covid-19 di Sumbar, sehingga total sudah tercatat 3.502 kasus sejauh ini. Sementara itu secara nasional, terjadi tambahan 3.395 kasus baru sehingga total warga Indonesia yang terpapar Covid-19 mencapai 221.523 orang. Presiden Jokowi mengingatkan, agar respons dalam penanganan selalu berpedoman pada data sebaran kasus.

Juru Bicara Tim Percepatan Penanganan Covid-19 Sumbar, Jasman Rizal, menyebutkan, tambahan 116 kasus tersebut diperoleh setelah Tim Laboratorium Diagnostik dan Riset Terpadu Penyakit Infeksi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas dan Balai Veteriner Agam memeriksa 2.795 sampel swab dalam 24 jam terakhir.

“Sementara itu juga terjadi tambahan pasien sembuh pasien Covid-19 sebanyak 40 orang. Sejauh ini, sudah 153.347 spesimen swab yang diperiksa di labor kita di Sumbar, dengan angka positivity rate 2,74 persen,” kata Jasman.

Kadis Kominfo Sumbar itu juga merincikan, 116 kasus positif dalam sehari di Sumbar itu berasal dari Kota Padang sebanyak 54 kasus, Bukittinggi 19 kasus, Padang Panjang 1 kasus, Sawahlunto 1 kasus, Kota Pariaman 5 kasus, Kabupaten Mentawai 2 kasus, Tanah Datar 3 kasus, Pesisir Selatan 11 kasus, Kabupaten Solok 6 kasus, Agam 4 kasus, Kabupaten Pasaman 3 kasus, Kabupaten Pasaman Barat 5 kasus, dan Kabupaten Padang Pariaman 2 kasus.

Sementara itu di Istana Merdeka, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengingatkan agar jajarannya terlebih dahulu melihat secara luas data sebaran pandemi Covid-19 dalam merespons penambahan kasus Covid-19 yang terdeteksi. Hal itu disampaikan Presiden saat memimpin rapat terbatas mengenai “Laporan Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, Senin (14/9/2020).

“Pertama, perlu saya ingatkan kembali bahwa keputusan-keputusan dalam merespons penambahan kasus di provinsi, kabupaten, maupun kota, saya minta semuanya selalu melihat data sebaran,” kata Jokowi, sebagaimana rilis Biro Pers Setpres RI yang diterima Haluan.

Di samping itu, Jokowi juga menyampaikan agar Pemda menerapkan strategi intervensi berbasis lokal dan strategi pembatasan berskala lokal, baik di tingkat RT/RW maupun di tingkat desa atau kampung. Penerapan strategi tersebut diyakini akan membuat penanganan menjadi lebih detail dan lebih fokus.

“Karena dalam sebuah provinsi, misalnya ada 20 kabupaten dan kota, tidak semuanya berada dalam posisi merah semuanya yang 20 itu, sehingga penanganannya tentu saja jangan digeneralisir. Di sebuah kota atau di sebuah kabupaten pun sama, tidak semua kelurahan, tidak semua desa, tidak semua kecamatan juga mengalami hal yang sama merah semuanya, ada yang hijau, ada yang kuning. Itu memerlukan treatment dan perlakuan yang berbeda-beda,” paparnya.

“Oleh karena itu, strategi intervensi berbasis lokal, strategi intervensi untuk pembatasan berskala lokal ini penting sekali untuk dilakukan. Baik itu manajemen intervensi yang dalam skala lokal maupun dalam skala komunitas,” imbuh Jokowi lagi.

Sejalan dengan hal itu, Jokowi mengimbau agar pemerintah daerah tidak terburu-buru dalam menutup sebuah wilayah, kota, maupun kabupaten. Menurutnya, jika pemerintah bekerja berbasiskan data, maka langkah-langkah intervensi tersebut akan berjalan lebih efektif dan bisa segera menyelesaikan masalah-masalah yang ada di lapangan.

“Sekali lagi, manajemen penanganan klaster-klaster transmisi lokal ini yang perlu ditingkatkan terutama di 8 provinsi yang menjadi prioritas yang sudah sejak 2 bulan yang lalu saya sampaikan,” lanjutnya.

Dalam rangka pengendalian pandemi Covid-19, Kepala Negara menegaskan bahwa pemerintah juga harus terus bekerja keras untuk meningkatkan angka kesembuhan. Per 13 September 2020, rata-rata kasus aktif di Indonesia mencapai 25,02 persen, sedikit lebih tinggi daripada rata-rata kasus aktif dunia yang mencapai 24,78 persen.

“Kemudian juga jumlah kasus sembuh sebanyak 155.010 kasus dengan recovery rate 71 persen. Ini rata-rata kesembuhan di Indonesia 71 persen ini juga sedikit lebih rendah dari rata-rata kesembuhan dunia. Saya kira kita terus mengejar rata-rata kesembuhan global, rata-rata kesembuhan dunia,” jelasnya.

Selain itu, pemerintah juga harus terus bekerja keras untuk menurunkan angka kematian. Rata-rata tingkat kematian di Indonesia memang terus menurun dari 4,49 persen di bulan lalu menjadi 3,99 persen, namun angka tersebut masih berada di atas rata-rata kematian dunia yang mencapai 3,18 persen. Tingginya angka kematian nasional tersebut disebabkan 4 provinsi memiliki tingkat kematian di atas 6 persen.

“Ini perlu data seperti ini, detail, sehingga informasikan kepada provinsi tersebut, kemudian kita juga pemerintah pusat memberikan dukungan penuh ke sana sehingga bisa menurunkan angka kematian, yaitu di Provinsi Bengkulu, Sumatera Selatan, Jawa Tengah, dan Jawa Timur,” tandasnya.

Ishaq/hantaran.co

Exit mobile version