Ciptakan Modul dan Aplikasi Remaja Peduli Kesehatan Jiwa (RIKA), Rika Raih Gelar Doktor Termuda Kesmas FK Unand

Rika

1. RIKA Sarfika bersama Dekan Fakultas Kedokteran Unand, Dr. dr. Afriwardi, SH, SpKO, MA (kanan Rika), Sekretaris Prodi S3 Kesehatan Masyarakat FK Unand, Dr. dr. Rima Semiarty, Mars., FISPH, FISCM (sebelah kiri Rika), dan Promotor yang juga Direktur Pascasarjana Unand, Prof. Dr. Rer. Soz. Nursyirwan Effendi. IST

PADANG, hantaran.co — Rika Sarfika meraih gelar doktor termuda pada Pascasarjana Fakultas Kedokteran Program Studi S3 Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas.

Ia meraih gelar tersebut usai menyelesaikan disertasinya yang berjudul “Model Pendidikan Kesehatan Remaja Peduli Kesehatan Jiwa (RIKA) Berbasis Machine Learning untuk Mengurangi Stigma Gangguan Jiwa di Kalangan Remaja Kota Padang Sumatra Barat”.

Modul dan aplikasi RIKA merupakan dua produk yang ia ciptakan dalam model pendidikan kesehatan untuk mengurangi stigma gangguan jiwa di kalangan remaja. Remaja dapat mengakses modul dan aplikasi RIKA yang berbasis machine learning ini secara online pada laman www.rikasmart.com.

Machine learning merupakan bagian dari ilmu kecerdasan buatan (artificial intelligence), di mana remaja dapat belajar secara mandiri melalui sistem komputer yang dirancang sesuai dengan kebutuhan remaja. Melalui sistem ini, pendidikan kesehatan yang diberikan dapat lebih efektif dan efisien karena tidak memerlukan resources.

Dalam disertasinya Rika menyebut, remaja adalah usia yang paling rentan mengalami gangguan jiwa dibanding usia lainnya. Namun hal ini sering terabaikan. Stigma negatif tentang orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) atau yang biasa disebut masyarakat sebagai orang gila menimbulkan dampak yang merugikan bagi keterlambatan dalam penanganan.

“Rasa malu dan takut seringkali membuat keluarga membiarkan anggota keluarganya yang mengalami masalah kejiwaan begitu saja. Bahkan tanpa mendapat pengobatan dari tenaga ahli. Jadi tak heran, ODGJ sering mendapat perlakuan tidak manusiawi seperti dipasung karena dianggap membahayakan diri sendiri dan orang sekitar,” ucap Rika.

Stigma ini pun berpengaruh terhadap sikap dan perilaku remaja terhadap masalah kejiwaan yang dialami. Remaja cenderung menyembunyikan masalahnya karena khawatir dianggap negatif. Akibatnya, masa depan remaja yang seharusnya bisa lebih cepat diselamatkan jadi tertunda karena ketidaktahuan dan tidak terdeteksi nya masalah gangguan kejiwaan pada remaja ini.

“Melalui modul dan aplikasi RIKA ini, remaja dapat mengetahui apa-apa saja penyebab gangguan jiwa pada remaja, jenis-jenis gangguan jiwa yang umum terjadi pada remaja, cara mengatasinya dan bagaimana mendapatkan bantuan dari tenaga ahli. Metode pembelajaran menggunakan aplikasi ini sudah diterapkan di beberapa sekolah. Dan dinilai berhasil mengurangi stigma gangguan jiwa pada remaja,” ucap Rika.

Jika stigma remaja terkait gangguan jiwa ini sudah berkurang, diharapkan kesadaran remaja terhadap masalah kesehatan jiwa menjadi lebih baik. Sehingga, dapat memperbaiki sikap remaja dalam mencari bantuan kesehatan maupun dalam berperilaku terhadap ODGJ. Karena mereka sudah paham bahwa ODGJ bukan dijauhi tapi seharusnya dibantu agar bisa sembuh.

Dr. Rika Sarfika, S.Kep., Ns., M.Kep saat ini merupakan dosen termuda dan tercepat bergelar doktor dari Fakultas Keperawatan Unand. Perempuan kelahiran Padang Tae, 15 September 1984 ini menamatkan S1 Keperawatan di Unand tahun 2008, Ners tahun 2009, dan S2 Keperawatan di Universitas Indonesia tahun 2012. Ia lulus ujian doktor pada 25 November 2021. (*)

Sani/hantaran.co

Exit mobile version