Walhi Sebut Dua Sungai di Kota Padang Tercemar Mikro Plastik dengan Kadar Tinggi

Sungai

Aktivis dari Walhi Sumbar menggelar aksi damai memprotes pencemaran sampah plastik yang terjadi di sejumlah sungai utama di Kota Padang Rabu (11/5). Berdasarkan hasil uji kualitas air, di Sungai Batang Harau dan Sungai Batang Kuranji ditemukan pencemaran sampah mikro plastik dengan konsentrasi tinggi. FAUZI

PADANG, hantaran.co — Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sumatra Barat bersama Tim Ekspedisi Sungai Nusantara (ESN) menemukan pencemaran mikro plastik dengan kadar tinggi di sungai Batang Harau dan Sungai Batang Kuranji Kota Padang.

Peneliti dari Ecoton yang menginisiasi Ekspedisi Sungai Nusantara , Prigi Arisandi mengungkapkan, kadar pencemaran sampah mikro plastik di sungai Batang Harau dan Batang Kuranji, bahkan sudah berada dalam tingkat yang mengkhawatirkan.

“Beberapa parameter kualitas air baku di Sungai Batang Harau telah melewati baku mutu. Saat dilakukan pengujian, ditemukan kandungan Phospat 0.45 ppm yang telah melebihi tiga kali lipat baku mutu, selain itu juga ditemukan klorin bebas sebesar  0, 1 ppm ,” ujarnya kepada Haluan Rabu (11/5).

Selain itu, berdasarkan  uji sampel air sungai Batang Harau yang telah dilakukan pihaknya, Prigi juga menyampaikan bahwa aliran sungai Batang Harau yang mengalir di Kelurahan Ganting, mengandung 110 mikro plastik per 100 liter air.

“Sedangkan pada bagian muara Sungai Batang Harau, tingkat pencemaran oleh mikro plastik, telah mencapai 410 mikro plastik per 100 liter air,” ungkapnya.

Kondisi pencemaran  oleh sampah micro plastik, sambung Prigi, juga ditemukan di aliran Sungai Batang Kuranji yang  memiliki peran vital sebagai sumber irigasi dan bahan baku air PDAM Kota Padang. Disana bahkan menurutnya, kadar pencemaran oleh mikro plastik sudah mencapai angka 1670 per 10 ribu meter kubik air.

“Itu merupakan hasil penelitian dari tiga orang peneliti dari Jurusan Teknik Lingkungan Universitas Andalas, artinya, saat ini kedua sungai utama di Kota Padang itu sudah tercemar parah,” ucapnya.

Berdasarkan analisis merek, tim Ekspedisi Sungai Nusantara, menurut Prigi, menemukan fakta bahwa mayoritas sampah plastik sekali pakai, berasal dari 6 produsen produk makanan, minuman dan sabun.

” Penyumbang sampah plastik sekali pakai yang mencemari aliran Sungai Batang Harau adalah Unilever lewat produk sabun dan sampo, Danone melalui produk air minum dalam kemasan, Coca Cola, Mayora, Indofood dan Wingsfood,” kata Prigi .

Keenam produsen tersebut, menurut Prigi seharusnya turut bertanggung jawab atas pencemaran oleh sampah plastik yang telah terjadi di dua sungai utama di Kota Padang itu melalui tanggung jawab yang disebut dengan Extended Producers Responsibility (EPR).

“Secara umum, EPR merupakan kebijakan pencegahan polusi dengan menuntut tanggung jawab perusahaan atas hasil produksinya setelah menjadi sampah,” ucapnya.

Adapun sumber pencemaran lainnya di aliran Sungai Batang Harau dan Batang Kuranji, menurut Prigi adalah kantong plastik, sedotan, styrofoam, botol kaca, sedotan dan berbagai sampah limbah rumah sakit tangga lainnya.

Sedangkan mengenai penyebab kemunculan sampah mikro plastik yang mencemari sungai Batang Harau dan Sungai Batang Kuranji, Prigi menyampaikan bahwa terdapat tiga sumber utama. Yaitu timbunan sampah liar di sepanjang bantaran sungai, limbah domestik dan mikro plastik yang datang dari udara.

“Untuk itu Pemko Padang harusnya mulai mengkaji Ulang Perda tentang pengelolaan sampah, karena ternyata perda itu sudah tidak relevan dan kurang disosialisasikan kepada masyarakat, apalagi saat ini sudah diketahui ada kontaminasi mikroplastik di perairan Padang,” katanya lagi. (*)

Fauzy/hantaran.co

Exit mobile version